1.841 Jiwa Masih Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi, Flores Timur
Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur masih menyisakan 1.841 jiwa mengungsi, meskipun jumlah pengungsi telah berkurang dari puncaknya pada November lalu, menurut data BNPB.
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi dan menyebabkan 1.841 jiwa masih mengungsi hingga Minggu, 16 Maret 2024. Data ini disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari. Erupsi gunung berapi ini telah terjadi sejak November 2023, memaksa ribuan warga untuk mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.
Jumlah pengungsi saat ini jauh lebih sedikit dibandingkan puncaknya pada November tahun lalu, yang mencapai 4.838 jiwa atau 1.355 keluarga. Penurunan jumlah pengungsi ini menunjukkan adanya upaya pemulihan dan kepulangan warga ke rumah masing-masing. Namun, 1.841 jiwa yang masih berada di pengungsian menandakan dampak erupsi masih terasa hingga saat ini.
Para pengungsi tersebar di berbagai lokasi, mulai dari rumah kerabat, tempat sewa, pos pengungsian lapangan, hingga rumah hunian sementara yang dibangun pemerintah. BNPB memastikan akan terus memberikan pendampingan maksimal kepada pemerintah daerah dalam menangani dampak bencana ini, mulai dari tahap tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.
Status Tanggap Darurat dan Rekomendasi Badan Geologi
Abdul Muhari menyatakan bahwa status tanggap darurat bencana alam erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki masih berlaku. Hal ini sejalan dengan penetapan Badan Geologi Kementerian ESDM yang masih menetapkan aktivitas gunung berapi tersebut pada Level III (Siaga). Status siaga ini menunjukkan potensi bahaya erupsi masih tinggi dan memerlukan kewaspadaan.
Badan Geologi, melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) di Flores Timur, mencatat lima kali erupsi pada periode pengamatan 18.00 - 24.00 Wita pada Sabtu, 15 Maret 2024. Erupsi tersebut melontarkan abu vulkanik setinggi 800 meter hingga 2 kilometer ke udara. Kondisi ini menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki masih cukup signifikan.
Sebagai langkah antisipasi, Badan Geologi merekomendasikan masyarakat dan wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius lima kilometer dari pusat erupsi dan sektoral barat daya - timur laut sejauh enam kilometer. Rekomendasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan kerugian material akibat erupsi susulan.
Pemerintah daerah setempat dan BNPB terus berkoordinasi untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan para pengungsi. Bantuan berupa logistik dan layanan kesehatan terus disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi juga terus dipersiapkan untuk membantu warga yang terdampak membangun kembali kehidupan mereka.
Pendampingan Pemerintah dan Upaya Pemulihan
BNPB menegaskan komitmennya untuk memberikan pendampingan penuh kepada pemerintah daerah dalam penanganan dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Pendampingan ini mencakup seluruh fase penanggulangan bencana, mulai dari tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal ini bertujuan untuk memastikan proses pemulihan berjalan efektif dan terarah.
Selain itu, pemerintah juga fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi, seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk memastikan para pengungsi tetap mendapatkan perlindungan dan perawatan yang memadai selama masa pengungsian.
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi akan difokuskan pada perbaikan infrastruktur yang rusak dan pemulihan mata pencaharian warga yang terdampak. Pemerintah akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan proses pemulihan berjalan lancar dan dapat mengembalikan kehidupan masyarakat ke kondisi normal.
Meskipun jumlah pengungsi telah berkurang, perhatian dan penanganan terhadap dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki masih terus menjadi prioritas pemerintah. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat pulih dan bangkit dari bencana ini.