AJI dan UN Women Latih Jurnalis Sulteng: Liputan Berperspektif Gender untuk Perdamaian
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan UN Women telah melatih 12 jurnalis di Sulawesi Tengah untuk melakukan peliputan yang sensitif gender, guna memberdayakan perempuan dan mendorong perdamaian.
Palu, Sulawesi Tengah, 21 Februari 2025 - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, berkolaborasi dengan UN Women, telah memberikan pelatihan kepada 12 jurnalis di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengenai peliputan berita yang berperspektif gender. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas jurnalistik yang inklusif dan sensitif terhadap isu-isu perempuan.
Pelatihan ini diinisiasi karena perempuan seringkali berada dalam situasi rentan, terutama dalam kondisi konflik atau bencana. Ketua AJI Indonesia, Nany Afrida, menekankan bahwa kerentanan perempuan bukan sifat bawaan, melainkan diakibatkan oleh struktur sosial yang tidak adil. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan menjadi kunci untuk mengatasi ketidaksetaraan dan mengurangi kerentanan tersebut.
Para jurnalis dilatih untuk meliput isu-isu perempuan dengan pendekatan yang sensitif, etis, dan menghormati martabat korban. Nany Afrida juga mengingatkan pentingnya empati, bukan sekadar simpati, dalam meliput perempuan korban konflik dan bencana. "Saat melakukan peliputan, jurnalis tidak mengeneraliasi hal yang berkaitan dengan liputan. Saat melakukan wawancara korban, terlebih dahulu jurnalis harus meminta izin kesediaan untuk diwawancara," tegasnya.
Memberdayakan Perempuan untuk Perdamaian Berkelanjutan
Pelatihan bertajuk "Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda dalam Perdamaian Berkelanjutan" ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 18 hingga 20 Februari 2025. Para peserta, yang berasal dari Kota Palu, Kabupaten Banggai, dan Parigi Moutong, mendapat pembekalan teori dan praktik peliputan berperspektif gender. Selain sesi kelas, para peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Desa Pesaku, Kabupaten Sigi, sebuah desa yang menjadi contoh nyata partisipasi perempuan dan pemuda dalam menjaga perdamaian.
Para trainer dalam pelatihan ini terdiri dari tokoh-tokoh berpengalaman, termasuk Ketua Umum AJI Indonesia, Nany Afrida, dan Ira Rachmawati dari Satgas Anti Kekerasan Seksual AJI Indonesia. Mereka berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam meliput isu-isu perempuan secara bertanggung jawab dan profesional.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Media Fellowship Initiative yang digagas oleh AJI Indonesia, UN Women, Koica, Care Indonesia, Karsa Institute, dan AJI Kota Palu. Kerja sama antar lembaga ini menunjukkan komitmen bersama untuk mendorong jurnalisme yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Konsep Women, Peace, and Security (WPS)
Perwakilan UN Women, Yulies Puspita Ningtias, menjelaskan pentingnya konsep Women, Peace, and Security (WPS). Ia menekankan peran signifikan perempuan dalam menjaga perdamaian, namun masih banyak tantangan yang membuat perempuan merasa tidak aman. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang memastikan keamanan dan partisipasi perempuan dalam proses perdamaian.
UN Women dan mitra-mitranya saat ini mengimplementasikan program pemberdayaan perempuan di tiga lokasi: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah. Ketiga wilayah ini memiliki kesamaan dalam hal ketidaksetaraan gender. Program-program ini bertujuan untuk mengatasi ketidaksetaraan dan memberdayakan perempuan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan dan perdamaian.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jurnalis di Sulteng dalam meliput isu-isu perempuan dan perdamaian. Dengan demikian, media dapat berperan lebih efektif dalam mendorong perubahan sosial dan mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan. Jurnalis yang terlatih diharapkan mampu menyajikan berita yang akurat, sensitif, dan memberdayakan perempuan, serta berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih adil dan setara.