Alun-alun Upakarti Soreang Diresvitalisasi, Hadirkan Ruang Publik yang Nyaman dan Inklusif
Pemkab Bandung selesaikan revitalisasi Alun-alun Upakarti Soreang dengan rumput sintetis, menjadikannya ruang publik multifungsi yang nyaman dan inklusif bagi warga Kabupaten Bandung.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung telah menyelesaikan revitalisasi Alun-alun Upakarti di Soreang. Proyek ini mengubah wajah alun-alun dengan rumput sintetis, menciptakan ruang publik yang nyaman dan inklusif bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Revitalisasi ini diresmikan pada Senin, 21 April 2024, dan menandai penyelesaian proyek yang telah mengubah lapangan yang dibangun pada era 1990-an.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna, menyatakan bahwa lapangan Upakarti Soreang kini telah berubah menjadi ruang publik terbuka yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas. "Lapangan Upakarti Soreang kini hadir dengan wajah baru, beralaskan rumput sintetis dan difungsikan sebagai ruang publik terbuka untuk seluruh warga Kabupaten Bandung," ujar Bupati Dadang. Revitalisasi ini juga merupakan bagian dari upaya Pemkab Bandung untuk mewujudkan visi Kabupaten Bandung yang lebih Bedas (Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis dan Sejahtera), sekaligus sebagai kado di Hari Jadi ke-384 Kabupaten Bandung.
Sebelumnya, lapangan ini lebih sering digunakan untuk upacara. Kini, setelah direvitalisasi, lapangan tersebut dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari olahraga dan rekreasi hingga kegiatan sosial masyarakat. Pemkab Bandung berharap revitalisasi ini dapat meningkatkan kualitas hidup warga dan memperkuat rasa kebersamaan.
Revitalisasi Alun-alun Upakarti: Perubahan Signifikan dan Konsep Inklusif
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung, Zeis Zultaqawa, menjelaskan bahwa revitalisasi Alun-alun Upakarti membawa banyak perubahan signifikan. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah pemindahan pagar, menciptakan kesan lebih terbuka dan inklusif. Hal ini bertujuan untuk memudahkan akses bagi semua warga dan mendorong penggunaan alun-alun sebagai ruang publik yang benar-benar milik bersama.
Meskipun demikian, identitas lokal tetap dipertahankan. Tugu Upakarti dan gerbang utama berbentuk dua bilah kujang, yang mencerminkan filosofi gunungan wayang, tetap menjadi bagian penting dari alun-alun. Unsur-unsur ini menjaga nilai budaya dan kearifan lokal Kabupaten Bandung.
Selain itu, alun-alun kini dilengkapi dengan jogging track yang lebih nyaman dan areal Urban Forest dengan berbagai vegetasi hias. Pemkab Bandung berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang alami dan ramah lingkungan, sekaligus mempertahankan tanaman yang sudah ada sebelumnya. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman bagi pengunjung.
Untuk menjaga kebersihan dan ketertiban, Pemkab Bandung menegaskan tidak akan mengizinkan pedagang kaki lima berjualan di dalam kawasan lapangan. Penjagaan akan dilakukan oleh Satpol PP dengan pendekatan humanis. Hal ini untuk memastikan alun-alun tetap terjaga fungsinya sebagai ruang publik yang bersih dan tertata.
Partisipasi Masyarakat dan Anggaran Revitalisasi
Zeis Zultaqawa juga mengajak masyarakat untuk ikut serta menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas yang telah dibangun. "Kami mengingatkan masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas. Lapang Upakarti ini bisa menjadi contoh partisipasi masyarakat dalam merawat ruang publik bersama," kata Zeis. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk keberhasilan revitalisasi ini dalam jangka panjang.
Revitalisasi Alun-alun Upakarti menelan anggaran sebesar Rp8,8 miliar. Dana tersebut bersumber dari dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Bank BJB melalui hasil dividen Pemkab Bandung. Hal ini menunjukkan komitmen berbagai pihak dalam mendukung pengembangan ruang publik yang berkualitas di Kabupaten Bandung.
Dengan selesainya revitalisasi ini, diharapkan Alun-alun Upakarti Soreang dapat menjadi contoh bagi pengembangan ruang publik lainnya di Kabupaten Bandung, dan menjadi tempat berkumpul yang nyaman dan bermanfaat bagi seluruh warga.