Bamsoet Dorong BIN Investasi Teknologi Intelijen: Hadapi Ancaman Siber dan Terorisme
Anggota DPR Bambang Soesatyo mendorong BIN untuk berinvestasi pada teknologi intelijen terkini guna menghadapi ancaman siber dan terorisme yang semakin canggih.
Jakarta, 8 Mei 2024 - Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menekankan perlunya Badan Intelijen Negara (BIN) untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menjaga keamanan dan kedaulatan Indonesia melalui investasi pada teknologi intelijen terkini. Hal ini disampaikannya dalam rangka peringatan HUT ke-79 BIN. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman siber dan terorisme global yang menuntut BIN untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi terkini.
Bamsoet menjelaskan bahwa transformasi digital dan penguatan analisis prediktif di tubuh BIN merupakan suatu keharusan. Metode konvensional dinilai sudah tidak lagi memadai dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks. Menurutnya, "Di usianya yang ke-79, BIN tidak hanya merayakan sejarah panjang pengabdiannya, tetapi juga merefleksikan tantangan berat di masa depan."
Lebih lanjut, Bamsoet menyatakan bahwa BIN harus menjadi 'mata dan telinga' negara yang tajam dan terpercaya, khususnya dalam menghadapi ancaman siber dan terorisme. Komitmen tanpa batas dari BIN sangat diperlukan untuk memastikan keamanan dan perlindungan seluruh warga negara Indonesia.
Hadapi Ancaman Siber yang Semakin Canggih
Bamsoet menyoroti ancaman siber yang telah berkembang dari sekadar peretasan situs web menjadi spionase siber canggih, serangan terhadap infrastruktur kritis nasional, pencurian data sensitif berskala besar, hingga penyebaran disinformasi dan misinformasi yang bertujuan mengganggu stabilitas politik dan sosial. Ia mencontohkan berbagai insiden kebocoran data di lembaga pemerintah dan swasta sebagai bukti nyata ancaman tersebut.
BIN, menurutnya, harus bertransformasi dari reaktif menjadi proaktif dalam memetakan aktor-aktor ancaman siber. Hal ini mencakup peningkatan kapabilitas intelijen sinyal, intelijen siber, dan kolaborasi erat dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Kominfo, serta penyedia layanan internet. Penguasaan teknologi terkini, seperti big data analytics dan kecerdasan buatan (AI), juga menjadi kunci keberhasilan.
Indonesia, dengan jumlah pengguna internet mencapai 221,56 juta orang pada tahun 2024, menjadi target potensial serangan siber. Data BSSN tahun 2023 mencatat lebih dari 400 juta upaya serangan siber dan anomali trafik. "Meskipun detail operasi BIN bersifat rahasia, perannya dalam memberikan peringatan dini dan analisis intelijen mendalam terkait potensi serangan siber terhadap target-target strategis nasional menjadi sangat krusial," tegas Bamsoet.
Peran BIN dalam Pencegahan Terorisme
Di sisi lain, Bamsoet juga mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam mencatatkan nol serangan terorisme selama dua tahun terakhir. Ia mengakui peran aktif BIN dalam koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Polri dalam upaya pencegahan, penindakan, dan deradikalisasi.
Berbagai langkah telah diambil, termasuk pemantauan aktivitas online, penangkapan pelaku terorisme, dan program deradikalisasi. "Langkah-langkah tersebut telah memberikan dampak positif dalam menekan aktivitas terorisme di Indonesia," kata Bamsoet. Ia menambahkan bahwa keberhasilan ini menunjukkan pentingnya kerja sama antar lembaga dalam menjaga keamanan nasional.
Kesimpulannya, investasi dalam teknologi intelijen terkini merupakan langkah krusial bagi BIN dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks di era digital. Penguatan sumber daya manusia dan kolaborasi antar lembaga menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kedaulatan dan keamanan bangsa Indonesia.