Banjir Grobogan: 29 Desa Terendam, Ratusan Rumah Tergenang
Banjir di Grobogan, Jawa Tengah, akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang telah merendam 29 desa di enam kecamatan, mengakibatkan ribuan keluarga terdampak dan ratusan mengungsi.
Banjir yang melanda Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, telah menyebabkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Peristiwa ini bermula dari jebolnya tanggul Sungai Tuntang pada Minggu, 9 Maret 2025, setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada 7 dan 8 Maret 2025. Akibatnya, 29 desa di enam kecamatan terendam banjir, ratusan rumah tergenang, dan ribuan warga terdampak.
Menurut Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Grobogan, Masrikan, data per Rabu, 12 Maret 2025 pukul 13.00 WIB menunjukkan meluasnya dampak banjir. Awalnya hanya beberapa desa yang terdampak, namun kini telah mencapai 29 desa di enam kecamatan, yaitu Toroh, Purwodadi, Tawangharjo, Kedungjati, Gubug, dan Tegowanu. Jumlah keluarga yang terdampak mencapai 6.330 keluarga.
Selain genangan air yang merendam rumah-rumah warga, bencana ini juga memaksa 635 jiwa untuk mengungsi. Mereka mendirikan tempat pengungsian sementara di beberapa titik, seperti gereja, masjid, balai desa, PAUD, dan rumah warga di Desa Baturagung, Cangkring, Pepe, dan Ringinkidul. Kiriman air dari hulu Sungai Lusi, Sungai Glugu, dan Sungai Tuntang yang mengakibatkan sungai tidak mampu menampung debit air menjadi penyebab utama meluapnya air dan terjadinya banjir.
Dampak Luas Banjir Grobogan
Banjir di Grobogan mengakibatkan dampak yang cukup luas. Selain merendam rumah-rumah warga, banjir juga mengganggu aktivitas perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Banyak warga yang terpaksa meninggalkan rumah dan harta bendanya karena terancam keselamatan. Pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait telah berupaya untuk memberikan bantuan dan penanganan kepada para korban banjir.
Masrikan menambahkan bahwa hingga Rabu, 12 Maret 2025, sebagian besar desa yang sebelumnya terendam banjir mulai surut. Namun, genangan air masih terlihat di Desa Tunjungharjo dan Desa Pepe di Kecamatan Tegowanu. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses pemulihan masih membutuhkan waktu dan upaya yang lebih lanjut.
Jebolnya tanggul Sungai Tuntang di Desa Baturagung dan tanggul Sungai Kliteh di Desa Tegowanu menjadi faktor utama penyebab meluasnya banjir. Debit air Sungai Tuntang yang tinggi membuat tanggul tidak mampu menahan tekanan air sehingga jebol dan menyebabkan air meluap ke pemukiman warga. Hal ini menunjukkan pentingnya perawatan dan perbaikan infrastruktur untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Upaya Penanganan Banjir
Berbagai upaya penanganan banjir telah dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana telah memulai perbaikan tanggul yang jebol di Desa Baturagung seiring dengan mulai menurunnya debit air Sungai Tuntang. Selain itu, bantuan logistik dan evakuasi warga terdampak juga telah dilakukan.
Perbaikan infrastruktur, khususnya tanggul sungai, menjadi hal penting untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan perawatan infrastruktur untuk memastikan keselamatan dan keamanan masyarakat. Selain itu, edukasi dan mitigasi bencana juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana alam.
Kondisi banjir di Grobogan menunjukkan pentingnya antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak bencana dan melindungi keselamatan masyarakat.
Meskipun sebagian besar wilayah yang terendam banjir telah mulai surut, namun kewaspadaan tetap harus dijaga. Pemerintah dan masyarakat perlu tetap siaga dan melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana alam yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Perbaikan infrastruktur dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mitigasi bencana menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana alam di masa depan. Dengan kerjasama dan kesiapsiagaan yang baik, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah dan dampaknya dapat diminimalisir.