Banjir Rawajati: Gulkarmat Jaksel Prioritaskan Evakuasi Lansia dan Anak
Banjir di Rawajati, Jakarta Selatan, dengan ketinggian hingga 3 meter, membuat Gulkarmat Jaksel memprioritaskan evakuasi lansia dan anak-anak, menghadapi kendala perahu karet bocor.
Banjir yang melanda Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, pada Selasa, 4 April 2024, dengan ketinggian air mencapai tiga meter, telah memaksa Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan untuk memprioritaskan evakuasi warga, khususnya lansia dan anak-anak. Evakuasi dilakukan sejak pukul 05.30 WIB, dimulai dari sekitar jembatan layang Kalibata. Tujuh warga telah berhasil dievakuasi, namun upaya penyelamatan masih terus berlanjut karena masih ada warga yang terjebak.
Kepala Sektor Gulkarmat Jakarta Selatan sektor Pancoran, Imbang Satriana, menyatakan, "Kita sudah evakuasi mulai dari bayi sampai lansia, ada orang sakit kita evakuasi." Pihaknya bergerak secara mobile untuk menjangkau seluruh warga yang membutuhkan bantuan. Salah satu kasus yang ditangani adalah evakuasi seorang bayi berusia lima bulan yang ibunya meminta pertolongan karena terjebak banjir. "Tadi ibunya minta pertolongan ke kita, ternyata ada anaknya terjebak. Sehingga kita koordinasikan dengan teman-teman berangkat, dan evakuasi dengan baik," ujar Imbang.
Meskipun upaya evakuasi terus dilakukan, Gulkarmat Jakarta Selatan menghadapi kendala berupa gang-gang kecil yang banyak terdapat pagar, menyebabkan perahu karet mereka mengalami kerusakan dan bocor sehingga tidak dapat digunakan kembali. Kondisi ini tentu mempersulit proses evakuasi dan membutuhkan solusi alternatif yang cepat.
Evakuasi Lansia dan Anak Menjadi Prioritas
Prioritas utama Gulkarmat Jaksel dalam operasi evakuasi ini adalah keselamatan lansia dan anak-anak. Kelompok rentan ini membutuhkan penanganan khusus dan cepat karena lebih rentan terhadap dampak buruk banjir. Proses evakuasi melibatkan koordinasi antar petugas untuk memastikan keselamatan semua warga yang terdampak. Upaya maksimal dilakukan untuk menjangkau seluruh warga yang terjebak, meskipun kondisi lapangan menantang.
Meskipun jumlah warga yang telah dievakuasi hingga saat ini tercatat tujuh orang, Imbang Satriana menyebutkan bahwa masih ada sembilan orang lagi yang terjebak dan sedang dalam proses evakuasi. Angka ini menunjukkan skala luasnya dampak banjir di Rawajati dan pentingnya kerja sama semua pihak dalam upaya penyelamatan.
Kondisi banjir di Rawajati sendiri hingga pukul 09.05 WIB masih belum surut sejak Senin (3/3). Hal ini menunjukkan perlunya langkah-langkah pencegahan dan penanganan banjir yang lebih komprehensif di masa mendatang.
Dampak Banjir dan Kendala yang Dihadapi
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, hingga pukul 10.00 WIB, tujuh Rukun Tetangga (RT) di Rawajati terendam banjir dengan ketinggian air bervariasi antara 170 hingga 350 sentimeter. Banjir ini disebabkan oleh meluapnya air Kali Ciliwung.
Selain jumlah warga yang terdampak, Gulkarmat Jakarta Selatan juga menghadapi kendala operasional di lapangan. Kondisi geografis wilayah Rawajati dengan gang-gang sempit dan banyak pagar membuat perahu karet yang mereka gunakan mengalami kerusakan. Kerusakan perahu karet ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya evakuasi warga yang terjebak.
Kejadian ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, khususnya banjir, dan perlunya peralatan dan strategi evakuasi yang lebih memadai untuk mengatasi berbagai kendala di lapangan. Koordinasi yang baik antar instansi terkait juga sangat krusial untuk memastikan efektivitas upaya penyelamatan.
Kejadian banjir di Rawajati menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam dan perlunya langkah-langkah antisipasi yang lebih baik di masa depan. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan sistem penanggulangan bencana di Jakarta.