Bapanas Antisipasi Lonjakan Harga Cabai dan Bawang Merah Jelang Idul Adha 2025
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berupaya mencegah fluktuasi harga cabai dan bawang merah menjelang Idul Adha 2025 melalui berbagai strategi, termasuk koordinasi antar sektor dan program Gerakan Pangan Murah (GPM).
Jakarta, 11 Mei 2025 - Menjelang perayaan Idul Adha 2025, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengambil langkah antisipatif untuk mencegah fluktuasi harga cabai dan bawang merah. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas pasokan dan melindungi daya beli masyarakat di seluruh Indonesia. Bapanas menyadari pentingnya ketersediaan bahan pangan pokok ini bagi masyarakat, terutama selama periode hari raya.
Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bapanas, Maino Dwi Hartono, menjelaskan bahwa komoditas cabai dan bawang merah seringkali mengalami fluktuasi harga yang signifikan, baik di tingkat petani maupun konsumen. Fluktuasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keterbatasan sentra produksi dan tantangan logistik.
Sebagai upaya pencegahan, Bapanas telah menggelar Rapat Koordinasi SPHP Cabai dan Bawang Merah. Rapat koordinasi ini merupakan tindak lanjut dari rapat pengendalian inflasi bersama Kementerian Dalam Negeri dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan strategi bersama.
Antisipasi Fluktuasi Harga Cabai
Maino mencatat tren harga cabai merah keriting (CMK) yang sempat tinggi di awal tahun, kemudian menurun di awal Mei 2025. Harga produsen CMK tercatat Rp31.811 per kilogram, sementara harga konsumen mencapai Rp58.174 per kilogram. Situasi serupa juga terjadi pada cabai rawit merah (CRM), yang sempat melampaui harga acuan pembelian (HAP) hingga Maret, namun mengalami koreksi hingga 30-40 persen di awal Mei 2025.
Bapanas menyadari pentingnya hilirisasi cabai, khususnya produksi cabai kering, untuk menyerap hasil panen yang melimpah dan mengurangi ketergantungan impor cabai kering. Program ini diharapkan dapat menstabilkan harga dan meningkatkan pendapatan petani.
Lebih lanjut, Maino menekankan pentingnya kerjasama semua pihak dalam menjaga stabilitas harga. "Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai program intervensi mulai dari subsidi harga, subsidi transportasi, pasar murah hingga sangat perlu kerja sama semua pihak," katanya.
Tantangan Distribusi Bawang Merah dan Solusi yang Diusulkan
Keterbatasan sentra panen bawang merah yang hanya tersebar di delapan provinsi menjadi tantangan utama dalam menjamin pemerataan pasokan ke seluruh wilayah Indonesia. Harga bawang merah di tingkat produsen mulai menembus HAP setelah sempat berada di bawahnya sejak pertengahan 2024, dengan harga Rp24.802 per kilogram pada awal Mei 2025.
Puncak panen raya bawang merah diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus 2025. Untuk mengantisipasi potensi penurunan harga pasca panen raya dan memastikan ketersediaan pasokan, Bapanas merencanakan intervensi berupa subsidi harga, pasar murah, dan dukungan logistik.
Program Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi salah satu strategi kunci Bapanas. Pada Mei 2025, direncanakan 122 kali GPM di 28 kabupaten/kota, dengan total GPM Januari-Mei 2025 ditargetkan mencapai 2.945 kali.
Inovasi Teknologi untuk Memperpanjang Masa Simpan
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menambahkan bahwa perpanjangan masa simpan cabai dan bawang merah dapat dilakukan melalui teknologi cold chain dalam program Koperasi Desa Merah Putih (KPDM) di seluruh Indonesia. Teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi potensi kerugian pascapanen dan menjaga kualitas produk.
Dengan berbagai strategi dan inovasi tersebut, Bapanas optimis dapat menjaga stabilitas harga cabai dan bawang merah menjelang Idul Adha 2025 dan memastikan ketersediaan bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia.