Bendungan Kuwil Sukses Reduksi Banjir Manado 6,7 Juta Meter Kubik
Bendungan Kuwil di Minahasa Utara berhasil kurangi dampak banjir di Manado hingga 6,7 juta meter kubik, berkat kemampuannya menampung debit air dari DAS Tondano.
Banjir yang melanda Kota Manado pada 21 Maret 2025 berhasil direduski volumenya berkat peran Bendungan Kuwil di Kabupaten Minahasa Utara. Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I, Sugeng Harianto, menyatakan bahwa bendungan tersebut mampu mengurangi debit air banjir sekitar 6,7 juta meter kubik yang berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers di Manado pada Selasa, 25 Maret 2025.
Menurut Sugeng, pengurangan debit air tersebut tercatat selama dua hari, hingga 22 Maret 2025. Keberhasilan Bendungan Kuwil dalam mereduksi banjir ini menjadi bukti nyata dampak positif pembangunan infrastruktur pengendalian banjir di Sulawesi Utara. Selain itu, peran bendungan ini sangat signifikan dalam mengurangi dampak kerusakan dan kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh banjir tersebut.
Meskipun Bendungan Kuwil berhasil mereduksi banjir dari DAS Tondano, Sugeng juga menjelaskan bahwa beberapa DAS lain di sekitar Manado juga memberikan kontribusi signifikan terhadap volume air saat banjir. DAS-DAS tersebut antara lain DAS Tikala, DAS Sario, DAS Malalayang, DAS Bailang, dan DAS Mahawu. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas permasalahan banjir di Manado yang memerlukan penanganan terpadu dari berbagai aspek.
Peran Bendungan Kuwil dalam Mengatasi Banjir Manado
Sejak Jumat, 21 Maret 2025 pukul 22.08 WITA, Bendungan Kuwil Kawangkoan telah mencapai kapasitas maksimumnya, yaitu 26,89 juta meter kubik pada elevasi plus 100,2 dpl, sehingga air mulai meluap (spill out). Namun, proses meluapnya air ini terkontrol dan terarah melalui ambang pelimpah (spillway) di bagian samping kiri konstruksi bendungan. Air kemudian dialirkan menuju Sungai Tondano yang bermuara di Teluk Manado.
Hingga Sabtu, 22 Maret 2025 pukul 16.10 WITA, pasokan air dari hulu Sungai Tondano masih terus mengalir ke Bendungan Kuwil Kawangkoan. Sistem ini menunjukkan efisiensi bendungan dalam mengatur debit air dan meminimalisir dampak banjir di wilayah hilir. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata manfaat pembangunan infrastruktur yang terencana dan terintegrasi dalam mengurangi risiko bencana alam.
Selain mereduksi banjir, Bendungan Kuwil Kawangkoan juga memiliki fungsi lain yang sangat penting bagi masyarakat sekitar. Bendungan ini dirancang untuk menyediakan air baku, energi listrik minihidro, dan juga berpotensi menjadi destinasi wisata. Keberadaan bendungan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Banjir Manado
Sugeng Harianto juga menyinggung faktor pasang air laut yang turut berperan dalam memperparah kondisi banjir di Manado. Pasang air laut menghambat aliran air dari sungai-sungai menuju laut, sehingga air meluap ke area sekitar sungai. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan banjir di Manado membutuhkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasang surut air laut.
Kesimpulannya, pengaruh pasang surut air laut perlu dipertimbangkan dalam strategi pengelolaan banjir di Manado. Integrasi berbagai upaya, mulai dari pembangunan infrastruktur seperti Bendungan Kuwil hingga pengelolaan DAS yang komprehensif, sangat penting untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang. Keberadaan Bendungan Kuwil telah terbukti efektif mengurangi dampak banjir, namun tetap diperlukan upaya berkelanjutan untuk mengelola sumber daya air dan mitigasi bencana secara terpadu.
Ke depan, pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kinerja Bendungan Kuwil dan sistem pengelolaan DAS di Manado perlu dilakukan untuk memastikan keberlanjutan upaya mitigasi bencana banjir. Kerjasama antar instansi terkait juga sangat krusial untuk memastikan efektivitas strategi pengendalian banjir di wilayah tersebut. Dengan demikian, kota Manado dapat lebih siap menghadapi potensi banjir di masa mendatang.