BPOM dan USP Kolaborasi Tingkatkan Mutu Obat dan SDM
BPOM dan USP berkolaborasi untuk meningkatkan standar mutu obat di Indonesia, termasuk peningkatan kapasitas SDM BPOM, khususnya di bidang laboratorium dan pengawasan obat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan United States Pharmacopeia (USP) resmi menjalin kolaborasi untuk meningkatkan standar mutu obat dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang akan segera dilakukan. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk pangan dan obat-obatan di Indonesia serta mendukung kemandirian obat nasional. Kerja sama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penguatan kapasitas laboratorium hingga peningkatan reputasi BPOM di kancah internasional.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa kerja sama dengan USP difokuskan pada peningkatan standar mutu obat dan kapasitas SDM BPOM. Hal ini meliputi adopsi standar dan monografi obat terbaru serta peningkatan kapasitas pegawai BPOM, terutama di laboratorium. Salah satu target utama adalah meningkatkan status Laboratorium Balai Besar POM (BBPOM) di Denpasar menjadi prakualifikasi WHO (PQ WHO).
Proses peningkatan status Laboratorium BBPOM Denpasar menjadi PQ WHO sempat terhambat karena berakhirnya MoU sebelumnya dengan USP pada tahun 2019 dan belum diperpanjang. Namun, dengan kolaborasi baru ini, diharapkan dukungan teknis dari USP dapat mempercepat proses tersebut. Terlebih, USP berkomitmen untuk mencari solusi pendanaan alternatif setelah USAID, yang biasanya menjadi sponsor bantuan teknis, mengalami pembatasan pendanaan akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya di Amerika Serikat.
Peningkatan Standar Mutu Obat dan Kapasitas SDM
Kolaborasi BPOM dan USP diharapkan mampu mendorong peningkatan standar mutu obat di Indonesia. Adopsi standar dan monografi obat terbaru dari USP akan memastikan bahwa obat-obatan yang beredar di Indonesia memenuhi standar internasional. Selain itu, peningkatan kapasitas SDM BPOM, khususnya di bidang laboratorium, akan meningkatkan kemampuan BPOM dalam melakukan pengawasan dan pengujian obat.
Peningkatan kapasitas laboratorium sangat penting untuk memastikan kualitas obat yang beredar. Dengan laboratorium yang terakreditasi dan memenuhi standar internasional, BPOM dapat melakukan pengujian yang lebih akurat dan efektif. Hal ini akan memberikan jaminan keamanan dan kualitas obat bagi masyarakat Indonesia.
Kerja sama ini juga akan membantu BPOM dalam upayanya mendapatkan status WHO Listed Authority (WLA). Status WLA akan meningkatkan kredibilitas BPOM di mata internasional dan mempermudah akses Indonesia terhadap obat-obatan berkualitas tinggi.
Dukungan Teknis dan Pengakuan Global
USP berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis kepada BPOM dalam berbagai aspek, termasuk peningkatan kapasitas laboratorium dan pengawasan obat. Dukungan ini sangat penting bagi BPOM dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengawasi mutu obat dan produk biologi di Indonesia.
Keikutsertaan BPOM dalam USP Convention Meeting dan The Asia Pacific (APAC) Regional Chapter Meeting di Rockville, Maryland, Amerika Serikat pada awal Mei 2025, merupakan langkah strategis dalam upaya mendapatkan pengakuan global. Acara ini akan dihadiri oleh 40-50 regulator dari seluruh dunia, memberikan kesempatan berharga bagi BPOM untuk berjejaring dan berbagi pengetahuan.
Senior Vice President of Strategy, Legal, and People USP, Amanda Cowley, menilai bahwa partisipasi BPOM dalam acara tersebut merupakan kesempatan yang bagus untuk mendapatkan pengakuan global. Ia juga menyatakan bahwa USP akan mengeksplorasi lebih jauh potensi kolaborasi dengan BPOM di masa mendatang.
BPOM telah berhasil menjadi Associate Member dari USP Convention pada tahun 2025. Keanggotaan ini semakin memperkuat komitmen BPOM dalam meningkatkan standar mutu obat dan menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjaga kualitas produk kesehatan bagi masyarakat.
Dengan kolaborasi ini, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan kualitas obat dan produk biologi, serta memperkuat sistem pengawasan obat yang lebih terintegrasi dan terstandarisasi secara global. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia.