Bus Cibinong-Puncak: Kajian Matang Jadi Kunci Sukses Program Kemenhub
Ketua DPRD Bogor meminta kajian mendalam program buy the service (BTS) bus rute Cibinong-Puncak yang direncanakan beroperasi Februari 2025 untuk mencegah kegagalan seperti di Kota Bogor.
Rencana layanan bus Cibinong-Puncak menuai sorotan. Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Sastra Winara, menekankan pentingnya kajian matang sebelum program buy the service (BTS) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dimulai pada Februari 2025. Ia khawatir program ini bernasib sama seperti di Kota Bogor, yang terhenti karena masalah anggaran.
Kekhawatiran akan pengulangan masalah di Kota Bogor. Sastra mengingatkan pentingnya pembelajaran dari pengalaman di Kota Bogor. Ia menyoroti perlunya kajian mendalam, tidak hanya dari Kemenhub, tapi juga dari Pemerintah Kabupaten Bogor, terkait kesiapan infrastruktur pendukung seperti shelter. Tanpa persiapan yang matang, Kabupaten Bogor berisiko kesulitan mengoperasikan layanan tersebut.
Persiapan infrastruktur dan regulasi yang menyeluruh. Sastra mengungkapkan keprihatinannya akan potensi kendala operasional jika program ini tidak dipersiapkan dengan baik. Ia berencana bertemu pimpinan daerah dalam waktu dekat untuk membahas kepastian operasional 20 bus yang direncanakan Kemenhub. Selain itu, regulasi terkait operasional juga masih perlu ditelusuri lebih lanjut.
Bukan yang pertama kali diusulkan. Layanan BTS di Kabupaten Bogor bukanlah yang pertama kali diusulkan Kemenhub. Tahun lalu, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) juga pernah mengajukan wacana serupa untuk rute Cibinong-Ciparigi, yang terintegrasi dengan Kota Bogor.
Wamenhub sambut positif program ini. Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub), Suntana, sebelumnya telah menyatakan bahwa bus rute Cibinong-Puncak ditargetkan beroperasi Februari 2025. Program ini bertujuan memberikan akses mudah ke Puncak, mengurangi kepadatan lalu lintas, dan menurunkan angka kecelakaan di jalur wisata tersebut. Sebanyak 15-20 bus disiapkan untuk melayani rute ini dengan biaya yang sangat terjangkau.
Upaya mengatasi kemacetan di Puncak. Wamenhub Suntana mengakui bahwa kemacetan di Puncak selama ini sulit diatasi dengan cepat. Oleh karena itu, berbagai strategi diterapkan, termasuk optimalisasi sistem yang ada, seperti one way, dan pembangunan infrastruktur jangka panjang, seperti Tol Caringin-Cisarua-Cianjur dan Jalur Puncak II. Hal ini dilakukan untuk mengurangi konsentrasi kendaraan di Puncak, mengingat 37 persen kendaraan menuju Cipanas dan Cianjur.
Kesimpulan: Kesuksesan program bus Cibinong-Puncak sangat bergantung pada kajian yang komprehensif dan persiapan matang dari semua pihak terkait, baik dari Kemenhub maupun Pemerintah Kabupaten Bogor. Pembelajaran dari pengalaman di Kota Bogor menjadi kunci penting untuk menghindari kegagalan program ini.