Cegah Keracunan MBG, BGN Latih Penjamah Makanan Secara Intensif
Badan Gizi Nasional (BGN) melatih intensif penjamah makanan setiap akhir pekan untuk mencegah terulangnya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah.
Kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa para siswa di berbagai daerah di Indonesia mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengambil langkah tegas. Berbagai upaya pencegahan tengah dilakukan, salah satunya adalah pelatihan intensif bagi para penjamah makanan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir risiko keracunan yang berulang dan memastikan keamanan pangan bagi para siswa penerima manfaat MBG.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa pelatihan intensif ini difokuskan pada akhir pekan. "BGN membuat program penyegaran dan pelatihan penjamah makanan secara rutin pada Sabtu dan Minggu," ujar Dadan saat ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (6/5). Ia mencontohkan pelatihan yang telah dilakukan di Cianjur dan Tasikmalaya, Jawa Barat, serta di Pali dan Palembang, Sumatera Selatan, yang baru saja mengalami kasus keracunan diduga akibat MBG.
Pelatihan ini tidak hanya sekedar teori, namun juga mencakup praktik langsung dalam pengolahan makanan. BGN menekankan pentingnya uji organoleptik sebelum makanan dibagikan kepada siswa. "Kami akan tugaskan orang tertentu untuk uji organoleptik (tampilan, aroma, rasa, dan tekstur) untuk MBG di sekolah sebelum dibagikan," tegas Dadan. Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi dini potensi bahaya sebelum makanan sampai ke tangan siswa.
Langkah-Langkah Pencegahan Keracunan MBG
Selain pelatihan intensif, BGN juga melakukan sejumlah langkah strategis untuk mencegah keracunan MBG. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi MBG menjadi fokus utama. Dadan mengakui adanya kelalaian dalam pengawasan distribusi MBG sebelumnya. "Selama ini, Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) agak terlena dengan distribusi yang baik-baik saja untuk MBG, sehingga evaluasi secara menyeluruh perlu dilakukan," akunya.
Untuk itu, BGN merencanakan pelatihan rutin minimal dua bulan sekali bagi penjamah makanan. "Pelatihan ini kelihatannya harus dilakukan rutin minimal dua bulan sekali, supaya kelengahan-kelengahan itu tidak terjadi," jelas Dadan. Frekuensi pelatihan yang lebih sering diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan para penjamah makanan dalam menjaga keamanan pangan.
BGN juga memperketat pengawasan pada proses memasak dan distribusi MBG. Waktu memasak dan pengiriman ke sekolah dibatasi agar makanan tetap segar dan terhindar dari kontaminasi. "Selain melatih penjamah makanan, BGN juga memperketat pengawasan dengan membatasi waktu memasak dan distribusi," ungkap Dadan. Ia menambahkan, target waktu distribusi idealnya tidak lebih dari 30 menit, bahkan mungkin perlu lebih singkat lagi.
Tidak hanya waktu pengiriman, distribusi di sekolah juga menjadi perhatian. BGN menekankan pentingnya evaluasi tambahan untuk memastikan makanan segera dikonsumsi setelah tiba di sekolah. "Begitu sampai di sekolah distribusinya, juga harus kita evaluasi tambahan, jangan pula misalnya sampai di sekolah jam 09.00, baru dimakan jam 12.00," imbuhnya. Hal ini untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan risiko keracunan.
Pentingnya Keamanan Pangan dalam Program MBG
Program MBG bertujuan untuk meningkatkan gizi anak sekolah. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada keamanan pangan. Keracunan makanan dapat mengancam kesehatan siswa dan merusak reputasi program MBG itu sendiri. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan yang dilakukan BGN sangat penting untuk memastikan program MBG berjalan efektif dan aman.
Dengan pelatihan intensif, pengawasan ketat, dan evaluasi berkala, BGN berharap dapat meminimalisir risiko keracunan MBG di masa mendatang. Keamanan pangan menjadi prioritas utama dalam program MBG agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal oleh para siswa tanpa harus mengorbankan kesehatan mereka.
Langkah-langkah yang diambil BGN ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan keamanan pangan bagi generasi muda Indonesia. Semoga upaya ini dapat mencegah terulangnya kasus keracunan MBG dan menjamin keberlangsungan program MBG secara aman dan efektif.