China Buka Kemungkinan Komunikasi dengan Menlu AS Marco Rubio
Meskipun pernah dikenai sanksi oleh China pada 2020, peluang komunikasi tetap terbuka antara pemerintah China dan Menlu AS Marco Rubio yang baru saja dilantik, mencakup potensi kunjungan Presiden Trump ke China.
Beijing, 21 Januari 2024 - Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China nampaknya sedikit mereda. Pemerintah China menyatakan tetap terbuka pada kemungkinan berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri AS yang baru, Marco Rubio, meskipun sebelumnya, pada tahun 2020, ia dikenai sanksi oleh Tiongkok karena perannya dalam mendukung gerakan demokrasi di Hong Kong.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing menyatakan, "China akan dengan tegas membela kepentingan nasionalnya, tetapi pejabat tinggi China dan Amerika perlu menjaga kontak komunikasi yang tepat."
Pernyataan ini muncul setelah Senat AS pada 20 Januari 2024 menyetujui penunjukan Marco Rubio sebagai Menteri Luar Negeri. Guo Jiakun bahkan menyebutkan komunikasi tersebut mencakup kemungkinan kunjungan Presiden Trump ke China. Ia menambahkan, "Di bawah arahan strategis kedua kepala negara dan berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan, China siap bekerja sama dengan pemerintahan baru AS untuk menjaga komunikasi, memperkuat kerja sama, mengelola perbedaan dengan tepat, dan mencapai kemajuan yang lebih besar dalam hubungan China-AS dari titik awal yang baru."
Rubio: Sikap Garis Keras dan Tantangan China
Menlu Rubio akan menghadapi berbagai tantangan global, termasuk perang di Ukraina dan konflik di Timur Tengah. Ia dikenal dengan sikapnya yang keras terhadap China, Kuba, Venezuela, dan Iran. Namun, belakangan ia tampak lebih sejalan dengan kebijakan luar negeri Trump. Ia mendukung upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina dan memimpin seruan untuk melarang aplikasi TikTok, yang menurutnya menyebarkan propaganda dan mengancam keamanan nasional AS.
Dalam sesi uji kelayakan di Senat, Rubio menyebut China sebagai "musuh yang paling kuat dan berbahaya yang pernah dihadapi AS." Ia menekankan bahwa China merupakan pesaing di berbagai bidang, mulai dari teknologi dan industri hingga ekonomi, geopolitik, dan sains. "Ini adalah tantangan yang luar biasa," tegasnya.
Rubio juga memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi China telah merugikan AS. Ia memprediksi, "Dalam waktu kurang dari 10 tahun, hampir semua hal yang penting bagi kita dalam hidup akan bergantung pada apakah China akan mengizinkan kita memilikinya atau tidak-- mulai dari obat tekanan darah yang kita konsumsi hingga film apa yang bisa kita tonton."
Sanksi Sebelumnya dan Harapan Kerja Sama
Penting untuk diingat bahwa pada 10 Agustus 2020, China menjatuhkan sanksi kepada Rubio, bersama dengan Senator Ted Cruz dan beberapa politisi lainnya, atas dukungan mereka terhadap gerakan demokrasi di Hong Kong. Meskipun demikian, pernyataan terbaru dari pemerintah China menunjukkan adanya niat untuk membuka jalur komunikasi dan potensi kerja sama di masa mendatang.
Kesimpulan
Terbukanya kemungkinan komunikasi antara China dan Menlu AS Marco Rubio menunjukkan adanya potensi untuk mengurangi ketegangan. Namun, tantangan besar tetap ada, mengingat perbedaan pandangan yang mendalam antara kedua negara. Masa depan hubungan AS-China akan bergantung pada bagaimana kedua belah pihak mengelola perbedaan dan mencari titik temu.