Dinkes Bengkayang Berupaya Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Dinas Kesehatan Bengkayang berupaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, dengan berbagai kendala yang dihadapi seperti akses layanan kesehatan dan kesadaran masyarakat.
Bengkayang, Kalimantan Barat, 5 Mei 2024 - Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang terus berupaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Meskipun angka kematian ibu menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir, angka kematian bayi justru meningkat. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Yohanes Bandan, mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam upaya menekan angka kematian ini.
Pada tahun 2024, tercatat 74 kasus kematian bayi (usia 0-11 bulan) dari total 4.081 kelahiran. Angka ini setara dengan 18,3 persen per 1.000 kelahiran hidup. Yohanes menjelaskan bahwa tingginya angka kematian bayi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk asfiksia, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan rendahnya kesadaran ibu untuk memeriksakan bayinya ke fasilitas kesehatan.
Selain itu, sistem rujukan dan pemantauan AKB dan AKI masih kurang optimal, sehingga analisis dan penanganan kasus kematian ibu dan anak belum maksimal. Kurangnya peran serta masyarakat, termasuk kader kesehatan dan tokoh masyarakat dalam kampanye kesehatan, juga menjadi kendala yang signifikan. "Untuk menekan angka tersebut, perlunya kerja sama antarsektor," ujar Yohanes, menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat.
Upaya Penurunan AKI dan AKB di Bengkayang
Dinas Kesehatan Bengkayang telah berupaya meningkatkan cakupan layanan kesehatan ibu dan anak. Capaian layanan kesehatan ibu hamil pada tahun 2024 mencapai 77,54 persen (5.891 sasaran), pelayanan ibu bersalin 68,22 persen (5.881 jiwa), pelayanan kesehatan bayi baru lahir 72,02 persen (5.596 jiwa), dan pelayanan kesehatan balita 92,79 persen (2.129 sasaran). Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar mencapai 98,78 persen (46.080 jiwa), dan pelayanan kesehatan pada usia lanjut (60 tahun) mencapai 84,13 persen (26.409 jiwa).
Meskipun demikian, masih terdapat hambatan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Yohanes menyebutkan beberapa kendala, antara lain keterbatasan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, anggaran, serta faktor sosial ekonomi, budaya, dan geografis. "Keterbatasan infrastruktur untuk akses masyarakat datang ke faskes dan tenaga medis juga menjadi kendala utama," tambahnya.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan ibu dan anak juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Banyak ibu yang masih enggan memeriksakan kehamilan dan bayinya ke fasilitas kesehatan, sehingga penanganan dini terhadap potensi masalah kesehatan menjadi terlambat. Hal ini diperparah dengan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan di daerah-daerah terpencil.
Strategi Ke Depan
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Bengkayang merencanakan beberapa strategi. Salah satunya adalah peningkatan penyuluhan dan edukasi kesehatan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan, baik melalui pembangunan infrastruktur maupun optimalisasi layanan kesehatan yang sudah ada. Peningkatan kualitas SDM kesehatan juga menjadi prioritas.
Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat dan swasta, sangat penting untuk mendukung upaya ini. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Bengkayang dapat ditekan secara signifikan. Perlu juga dilakukan evaluasi berkala terhadap program yang telah berjalan untuk melihat efektivitasnya dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Pemerintah daerah juga perlu mengalokasikan anggaran yang cukup untuk mendukung program kesehatan ibu dan anak. Anggaran tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, melengkapi sarana dan prasarana, serta memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan.
Secara keseluruhan, upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi di Bengkayang membutuhkan komitmen dan kerja keras dari berbagai pihak. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang baik, diharapkan target penurunan AKI dan AKB dapat tercapai.