Dua SPPG di Jayawijaya Layani Makan Bergizi Gratis untuk 7.000 Siswa
Dua Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di Jayawijaya, Papua Pegunungan, mulai 17 Maret 2024 akan menyalurkan Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada 7.000 siswa, guna meningkatkan gizi dan angka partisipasi sekolah.
Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan operasional dua Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, untuk menyediakan Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi 7.000 siswa. Program yang dimulai pada 17 Maret 2024 ini bertujuan meningkatkan gizi anak dan angka partisipasi sekolah. Inisiatif ini menjawab permasalahan kurangnya pengetahuan gizi seimbang di kalangan orang tua dan tantangan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil.
Tenaga Ahli Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Niken Gandini, menjelaskan bahwa program MBG ini dirancang untuk mengatasi masalah kurangnya asupan gizi anak-anak di Jayawijaya. Banyak anak yang datang ke sekolah tanpa sarapan dan harus menempuh perjalanan jauh, sehingga berdampak pada angka partisipasi sekolah yang rendah. "Tujuan program MBG ini mulia, untuk memberikan gizi seimbang bagi anak-anak kita," ujar Niken dalam keterangannya di Kantor Bupati Jayawijaya.
Program ini juga berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Bahan pangan yang digunakan akan diutamakan dari produk lokal, seperti dari petani dan peternak setempat. Dengan demikian, MBG tidak hanya meningkatkan gizi anak, tetapi juga mendorong perekonomian masyarakat. "Kita tidak akan memakai bahan-bahan pangan yang sulit, karena kami akan menyerap dari petani dan petelur setempat," tambah Niken.
Program MBG: Solusi Gizi dan Peningkatan Partisipasi Sekolah
Program MBG di Jayawijaya diharapkan dapat meningkatkan gizi anak-anak dan angka partisipasi sekolah. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pola makan bergizi seimbang menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya gizi anak. Dengan adanya MBG, anak-anak akan mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung proses belajar mereka.
Selain itu, program ini juga dirancang untuk mengatasi kendala akses pendidikan. Banyak anak yang harus berjalan kaki jauh ke sekolah tanpa sarapan, sehingga berdampak pada kesehatan dan semangat belajar mereka. MBG diharapkan dapat mengurangi angka putus sekolah dengan memberikan asupan gizi yang cukup sebelum dan selama jam pelajaran.
Keterlibatan berbagai pihak, termasuk sekolah, madrasah, pesantren, dan bidang kesehatan, sangat penting untuk memantau dan mengevaluasi dampak program MBG. Data yang akurat akan membantu dalam mengoptimalkan program dan memastikan keberlanjutannya.
Pemberdayaan Ekonomi Lokal melalui MBG
Program MBG juga memiliki dampak positif bagi perekonomian masyarakat Jayawijaya. Dengan menggunakan bahan pangan lokal, program ini dapat memberdayakan petani dan peternak setempat. Hal ini sejalan dengan visi MBG untuk mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan.
Lebih lanjut, program ini juga berpotensi untuk meningkatkan perekonomian melalui kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lokal. Kolaborasi ini dapat menciptakan peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. "MBG akan berkomunikasi dengan perusahaan digital, budaya, dan lingkungan dan berkolaborasi dalam program peningkatan gizi yang berkelanjutan," jelas Niken.
BGN juga telah menetapkan harga MBG per porsi di Papua Pegunungan sebesar Rp35.000. Harga ini diputuskan setelah mempertimbangkan harga bahan pokok di Wamena sebagai pintu masuk ke Papua Pegunungan. Dengan harga tersebut, diharapkan penerima manfaat MBG dapat memperoleh makanan berkualitas dan sehat.
Kesimpulan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jayawijaya merupakan langkah strategis untuk meningkatkan gizi anak, angka partisipasi sekolah, dan perekonomian masyarakat. Dengan kolaborasi berbagai pihak dan pemanfaatan produk lokal, program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Papua Pegunungan.