Edukasi Mitigasi Bencana: Langkah Penting Hadapi Bencana Hidrometeorologi di Lampung
Pegiat lingkungan menekankan pentingnya edukasi mitigasi bencana hidrometeorologi di Lampung pasca banjir di sejumlah wilayah yang mengakibatkan korban jiwa, mengajak pemerintah dan masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
Banjir melanda beberapa wilayah di Lampung pada Jumat, 17 Januari 2024, mengakibatkan dua korban jiwa dan kerusakan di 19 titik di Bandarlampung, serta sejumlah titik di kabupaten lainnya. Menanggapi bencana ini, Febrilia Ekawati, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), menekankan pentingnya edukasi mitigasi bencana bagi masyarakat Lampung.
Intensitas hujan tinggi di Lampung menjadi perhatian serius. Febrilia menjelaskan, edukasi adaptasi dan mitigasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, sangat krusial. Langkah ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko bencana di lingkungannya. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat diharapkan mampu melakukan tindakan mandiri saat menghadapi bencana, seperti mengevakuasi barang berharga dan mempersiapkan kebutuhan pokok.
Penguatan edukasi ini, menurut Febrilia, akan membentuk kesiapsiagaan masyarakat. Hal ini akan meminimalisir dampak negatif bencana. Selain edukasi, masyarakat juga perlu mempersiapkan emergency kit. Pemerintah daerah juga berperan penting dalam mitigasi bencana dengan menyediakan lokasi evakuasi, peralatan seperti perahu karet, dan stok kebutuhan darurat. Hujan lebat yang terjadi selama tiga hari berturut-turut di Lampung semakin mempertegas urgensi langkah-langkah ini.
Febrilia juga menyoroti pentingnya sistem peringatan dini bencana. Sistem peringatan dini atau early warning system, yang disampaikan melalui pengeras suara di kelurahan atau tempat ibadah, sangat dibutuhkan. Selain itu, informasi mengenai emergency call perlu disebarluaskan agar masyarakat tahu siapa yang harus dihubungi dalam keadaan darurat. Respon yang cepat dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalisir kerugian.
Banjir yang terjadi di Lampung, meliputi 19 titik di Bandarlampung, dua titik di Lampung Tengah, enam titik di Lampung Timur, dua titik di Pesawaran, empat titik di Lampung Selatan, dan satu titik di Pesisir Barat, menunjukkan perlunya kesiapan yang lebih baik. Dua korban jiwa berasal dari Kota Bandarlampung.
Kesimpulannya, upaya mitigasi bencana di Lampung harus mencakup edukasi masyarakat, penyediaan fasilitas oleh pemerintah, dan sistem peringatan dini yang efektif. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dampak negatif bencana hidrometeorologi dapat diminimalisir di masa mendatang.