Ekspor Sulawesi Tengah Melonjak 23,39 Persen di Maret 2025
Ekspor Sulawesi Tengah pada Maret 2025 mencapai 1.870,51 juta dolar AS, meningkat 23,39 persen dibanding Februari 2025, didominasi komoditas besi baja, bahan bakar mineral, dan nikel serta ekspor ke Tiongkok.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) melaporkan kabar gembira terkait kinerja ekspor daerah tersebut. Pada Maret 2025, total nilai ekspor Sulteng mencapai 1.870,51 juta dolar Amerika Serikat (AS), menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 23,39 persen dibandingkan bulan Februari 2025. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif di sektor ekspor Sulteng. Kepala BPS Sulteng, Simon Sapary, mengumumkan angka tersebut pada Jumat lalu di Palu.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan permintaan global terhadap beberapa komoditas unggulan Sulteng. Data BPS menunjukkan peningkatan yang signifikan di berbagai sektor, memberikan gambaran optimistis tentang prospek ekonomi Sulteng ke depannya. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor pendorong di balik lonjakan ekspor ini.
Kenaikan nilai ekspor ini memberikan dampak positif bagi perekonomian Sulawesi Tengah, khususnya bagi pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja di sektor terkait. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat Sulteng.
Komoditas Unggulan dan Negara Tujuan Ekspor
Tiga komoditas utama penyumbang ekspor Sulteng pada Maret 2025 adalah besi dan baja (1.134,64 juta dolar AS atau 60,66 persen dari total ekspor), bahan bakar mineral (284,83 juta dolar AS atau 15,23 persen), dan nikel (256,51 juta dolar AS atau 13,71 persen). Dominasi komoditas ini menunjukkan potensi besar Sulteng dalam sektor pertambangan dan manufaktur.
Negara tujuan ekspor terbesar tetap Tiongkok, menyerap 818,93 juta dolar AS atau 43,78 persen dari total ekspor. Posisi berikutnya ditempati Taiwan (177,06 juta dolar AS, 9,47 persen) dan Vietnam (159,82 juta dolar AS, 8,54 persen). Meskipun Tiongkok masih menjadi pasar utama, diversifikasi pasar ekspor perlu terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan dan meningkatkan ketahanan ekonomi.
Secara kumulatif hingga Maret 2025, Tiongkok masih menjadi tujuan ekspor terbesar dengan nilai 2.283 juta dolar AS (44,8 persen kontribusi). Taiwan berada di posisi kedua (567,63 juta dolar AS, 11,14 persen), diikuti Vietnam (398,48 juta dolar AS, 7,82 persen).
Pelabuhan Bahodopi sebagai Pusat Ekspor
Pelabuhan Bahodopi menjadi kontributor utama ekspor Sulteng, menyumbang 1.344,24 juta dolar AS atau 71,87 persen dari total nilai ekspor. Pelabuhan ini juga mengangkut volume muatan terbesar, yaitu 1.652,23 ribu ton. Dominasi Pelabuhan Bahodopi menunjukkan pentingnya infrastruktur pelabuhan yang memadai dalam mendukung kegiatan ekspor.
Pelabuhan Luwuk berada di posisi kedua dengan nilai ekspor 274,91 juta dolar AS dan volume muatan 274,91 ribu ton. Sekitar 3 persen ekspor Sulteng dilakukan melalui pelabuhan di provinsi lain. Hal ini menunjukkan potensi peningkatan kapasitas pelabuhan di Sulteng untuk menunjang peningkatan ekspor di masa mendatang.
Secara keseluruhan, hingga Maret 2025, nilai ekspor Sulteng melalui pelabuhan di wilayahnya mencapai 4.918,87 juta dolar AS dengan volume muatan 5.656,04 ribu ton. Angka-angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan potensi yang besar untuk pengembangan sektor ekspor di Sulawesi Tengah.
Peningkatan ekspor Sulawesi Tengah ini menandakan kinerja ekonomi yang positif dan perlu didukung dengan strategi yang tepat agar pertumbuhan berkelanjutan dapat tercipta. Diversifikasi produk ekspor dan perluasan pasar menjadi kunci untuk mencapai hal tersebut. Peran pemerintah daerah dalam menyediakan infrastruktur yang memadai dan dukungan kebijakan yang tepat sangat krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Sulawesi Tengah.