Erick Thohir: Masjid, Pusat Pemberdayaan Umat dan Jantung Kehidupan Sosial Ekonomi
Erick Thohir mendorong masjid berperan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, mencontoh Masjid At-Thohir yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.
Jakarta, 14 Maret 2024 - Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir menyerukan transformasi peran masjid, tidak hanya sebagai tempat ibadah semata, melainkan sebagai pusat vital pemberdayaan masyarakat. Gagasan ini dilontarkan Erick menyusul pemahamannya akan sejarah masjid sebagai pusat aktivitas sosial dan ekonomi sejak zaman Rasulullah SAW.
Menurut Erick, masjid memiliki potensi besar untuk menjadi pusat diskusi ekonomi dan politik yang konstruktif. Ia menekankan pentingnya peran masjid dalam pembangunan karakter masyarakat, mengingatkan akan contoh teladan Rasulullah yang menjadikan masjid sebagai tempat bertukar pikiran dan mencari solusi bagi permasalahan umat. "Zaman Rasulullah, masjid ini tidak hanya buat beribadah, tapi bagaimana juga menjadi bagian pembangunan karakter masyarakat sekitarnya. Apakah tempat untuk diskusi ekonomi, diskusi politik, tapi politiknya jangan yang ghibah, mesti yang menerangkan. Jangan yang saling menjelek-jelekkan. Justru politik yang memberikan solusi buat umat," ujar Erick dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Lebih dari sekedar tempat ibadah, Erick melihat masjid sebagai wadah untuk memperkuat nilai-nilai Islam yang damai dan menepis persepsi negatif yang mungkin ada. Ia mendorong agar masjid menjadi tempat yang inklusif, ramah, dan jauh dari kesan menakutkan.
Masjid sebagai Pusat Budaya dan Pemberdayaan Ekonomi
Erick Thohir juga menekankan pentingnya peran masjid dalam pemberdayaan budaya. Ia menyarankan agar masjid dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan menarik bagi generasi muda, seperti pementasan puisi, musik, dan kegiatan seni lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan generasi muda dengan nilai-nilai agama melalui pendekatan yang kreatif dan inovatif, mengingat perbedaan mimpi dan aspirasi generasi muda dengan generasi sebelumnya.
Sebagai contoh nyata, Erick menuturkan pengalaman keluarganya dalam membangun Masjid At-Thohir. Masjid ini, menurutnya, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat komunitas yang aktif dan dinamis. "Alhamdulillah keluarga saya juga mendapat kesempatan membangun Masjid At-Thohir. Apa yang kita lakukan di Masjid At-Thohir itu menjadikannya bagian dengan komunitas kita, bukan hanya berdiri sendiri sebagai tempat ibadah," kata Erick.
Berbagai kegiatan positif telah diselenggarakan di Masjid At-Thohir, seperti festival Ramadhan dan pertunjukan video mapping setiap akhir pekan. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan sosial yang hidup.
Membangun Kembali Peran Masjid Sebagaimana di Masa Rasulullah
Erick berharap masjid dapat kembali menjadi pusat kehidupan sosial dan ekonomi umat, seperti pada masa Rasulullah SAW. Ia meyakini bahwa dengan peran yang lebih aktif dan inklusif, masjid dapat menjadi pilar penting dalam pembangunan masyarakat yang beradab, sejahtera, dan berdaya saing.
Lebih lanjut, Erick juga menekankan pentingnya peran masjid dalam memberdayakan ekonomi umat. Masjid dapat menjadi tempat pelatihan keterampilan, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), serta pusat informasi ekonomi syariah. Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai Islam.
Dengan menggabungkan fungsi keagamaan, sosial, dan ekonomi, masjid diharapkan dapat menjadi jantung kehidupan masyarakat, memberikan kontribusi signifikan bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Harapannya, inisiatif ini dapat menginspirasi masjid-masjid lain di Indonesia untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam pemberdayaan masyarakat, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, dan berkontribusi pada pembangunan nasional.