FSAI: Jembatan Ekonomi Kreatif RI-Australia, Dorong Pertumbuhan Industri Film
Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) menjadi agenda penting kedua negara untuk memajukan ekonomi kreatif, ditandai dengan pertumbuhan industri film Indonesia yang pesat dan potensi kolaborasi yang menjanjikan.
Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) tahun ini menjadi sorotan utama dalam upaya Indonesia dan Australia untuk meningkatkan ekonomi kreatif. Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menyatakan FSAI sebagai agenda penting dalam memajukan sektor strategis pembangunan nasional ini. Pernyataan tersebut disampaikan dalam perayaan 10 tahun FSAI di Jakarta pada Jumat lalu. Hal ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk mengembangkan industri perfilman dan ekonomi kreatif secara bersamaan.
Penyelenggaraan FSAI 2025 di 10 kota besar di Indonesia menandakan komitmen jangka panjang dalam membangun kerja sama dan pertukaran karya perfilman antara kedua negara. Hal ini juga membuka peluang bagi para profesional perfilman Indonesia dan Australia untuk menjalin jejaring yang lebih luas dan kolaboratif. Kesuksesan FSAI selama satu dekade terakhir menjadi bukti nyata dari potensi kerja sama ini dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif.
Pertumbuhan industri film Indonesia sendiri tercatat sangat signifikan. Pada tahun 2024, jumlah penonton film Indonesia mencapai angka fantastis, yaitu 82 juta orang, meningkat 41 persen di awal Mei. Keberhasilan film animasi "Jumbo", yang disebut Menekraf sebagai film animasi tersukses di Asia Tenggara dengan lebih dari 9 juta penonton, semakin memperkuat posisi Indonesia di kancah perfilman internasional. Film ini bahkan akan segera tayang di lebih dari 17 negara mulai Juni mendatang.
FSAI: Pendorong Kolaborasi Perfilman Indonesia-Australia
Menurut Menekraf Teuku Riefky Harsya, kesuksesan film "Jumbo" dan pertumbuhan industri film Indonesia secara keseluruhan menunjukkan adanya "market appetite yang semakin menguat terhadap keragaman genre film, pendekatan naratif dan pengalaman sinematik dari berbagai karya anak bangsa." Hal ini membuka peluang besar bagi kolaborasi yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Australia di sektor perfilman.
FSAI, menurut Menekraf, menjadi titik temu strategis ("strategic meeting point") untuk meningkatkan kolaborasi industri film yang berkelanjutan antara Indonesia dan Australia. Potensi kolaborasi ini sangat luas, termasuk dalam hal eksplorasi produksi film bersama yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Dengan demikian, FSAI tidak hanya menjadi festival film biasa, tetapi juga sebagai platform untuk pengembangan ekonomi kreatif.
Kemenekraf berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem perfilman di Indonesia dan menjadikan sektor kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. FSAI diharapkan dapat menjadi media pertukaran kreativitas yang produktif, dinamis, dan inklusif, menghasilkan karya-karya sinematik berkualitas tinggi yang relevan secara global dan berakar pada cerita yang bermakna.
Potensi Investasi di Sektor Perfilman Indonesia
Teuku Riefky Harsya juga menyampaikan ajakan untuk berinvestasi di sektor perfilman Indonesia. Ia menyatakan, "Jadi, jika Anda ingin berinvestasi dalam karya kreatif yang hebat seperti itu, ini adalah waktu yang tepat." Pernyataan ini menunjukkan optimisme Menekraf terhadap potensi pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia melalui industri perfilman, yang didukung oleh pasar yang semakin besar dan antusiasme penonton yang tinggi.
Dengan adanya FSAI, kolaborasi antara Indonesia dan Australia di sektor perfilman diharapkan akan semakin intensif. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi kedua negara, baik dari segi ekonomi maupun kebudayaan. FSAI menjadi bukti nyata bagaimana kerja sama internasional dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan memperkuat hubungan bilateral.
Secara keseluruhan, FSAI tidak hanya sekadar festival film, tetapi juga menjadi platform penting bagi pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dan Australia. Komitmen kedua negara untuk terus mendukung FSAI menunjukkan keyakinan mereka terhadap potensi besar sektor ini dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat hubungan bilateral.
Ke depannya, diharapkan FSAI akan terus berkembang dan menjadi wadah bagi kolaborasi yang lebih besar dan inovatif antara sineas Indonesia dan Australia, menghasilkan karya-karya film yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia di kancah perfilman dunia dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif secara berkelanjutan.