Galungan di Maluku: Kemenangan atas Angkara Murka, Jalinan Harmoni Antar Umat Beragama
PHDI Maluku sambut Galungan sebagai momentum kemenangan atas sifat buruk dan ajakan hidup harmonis antar umat beragama di tengah kemajemukan Maluku.
Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan tahun ini di Maluku diwarnai dengan pesan persatuan dan kerukunan antar umat beragama. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku, Suyanto, menyampaikan ucapan selamat dan mengajak seluruh umat Hindu di Maluku untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Perayaan Galungan, yang jatuh pada Kamis, 24 April 2025, bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momentum penting untuk merefleksikan diri dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan.
Menurut Suyanto, makna mendalam dari Galungan adalah kemenangan atas sifat-sifat buruk manusia, seperti angkara murka. Umat Hindu melakukan penyucian diri dan alam sebagai bagian dari perayaan ini, sekaligus mengendalikan segala sifat negatif yang ada dalam diri. Hal ini sejalan dengan akar kata "Galungan" yang berarti bertemu atau bersatu, menunjukkan persatuan kekuatan rohani untuk melawan hawa nafsu dan dorongan negatif lainnya. Perayaan ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi Penampahan Galungan, sehari sebelum hari raya utama, juga menjadi bagian penting dari perayaan. Umat Hindu menyembelih hewan sebagai simbol pengendalian diri dan persembahan kepada Tuhan. Suyanto menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama di Maluku yang majemuk. Ia mengajak untuk menghilangkan angkara murka dan hidup harmonis dengan sesama, sehingga tercipta lingkungan yang damai dan kondusif bagi semua.
Makna Filosofis Galungan dan Kuningan
Hari Raya Galungan memiliki makna filosofis yang mendalam bagi umat Hindu. Perayaan ini mengajarkan untuk menaklukkan tiga jenis nafsu, yaitu Kala Amangkutat (nafsu ingin berkuasa), Kala Dungulan (nafsu ingin memiliki yang bukan haknya), dan Kala Galungan (nafsu ingin menang dengan segala cara). Dengan mengalahkan nafsu-nafsu tersebut, diharapkan tercipta keseimbangan dan kedamaian batin. Perayaan ini menjadi refleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Kuningan pada Sabtu, 3 Mei 2025. Penampahan Kuningan dilakukan sehari sebelumnya, pada Jumat, 2 Mei 2025. Kata "Kuningan" berasal dari kata "kuning", yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan. Pada momen ini, umat Hindu memohon keselamatan dan kemakuran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para dewata. Kuningan melengkapi rangkaian perayaan Galungan, mengingatkan akan pentingnya selalu memohon perlindungan dan berterima kasih atas segala karunia yang telah diberikan.
Perayaan Galungan dan Kuningan di Maluku tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan. Hal ini sejalan dengan pesan Ketua PHDI Maluku untuk senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan damai di Maluku.
Keharmonisan Umat Beragama di Maluku
Dalam konteks kemajemukan masyarakat Maluku, pesan Suyanto mengenai pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama sangat relevan. Maluku dikenal sebagai daerah yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Oleh karena itu, kerukunan antar umat beragama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan kedamaian daerah. Perayaan Galungan dan Kuningan menjadi kesempatan untuk memperkuat komitmen bersama dalam membangun Maluku yang lebih maju dan harmonis.
Ajakan untuk menghilangkan angkara murka dan hidup harmonis merupakan pesan yang sangat penting di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk. Dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan, kerukunan antar umat beragama dapat terwujud. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan dan kemajuan daerah. Perayaan keagamaan seperti Galungan dan Kuningan dapat menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan toleransi.
Dengan demikian, perayaan Galungan dan Kuningan di Maluku tidak hanya bermakna spiritual, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang penting bagi kehidupan masyarakat. Perayaan ini menjadi sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan, serta menjaga kerukunan antar umat beragama di tengah kemajemukan masyarakat Maluku. Semoga pesan perdamaian dan harmoni dari perayaan ini dapat terus terjaga dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga melalui perayaan Galungan dan Kuningan ini, nilai-nilai persatuan, kedamaian, dan toleransi semakin tertanam kuat di hati seluruh masyarakat Maluku. Mari kita bersama-sama membangun Maluku yang lebih maju, damai, dan harmonis.