Gawai Dayak Bengkayang: Pesta Budaya dan Pariwisata Kalimantan Barat
Gawai Dayak di Bengkayang, Kalimantan Barat, bukan hanya perayaan panen, tetapi juga promosi budaya dan pariwisata daerah yang kaya akan keanekaragaman etnis dan objek wisata unik.
Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis, mengumumkan bahwa perayaan Gawai Dayak yang berlangsung dari Maret hingga Juni 2025 akan menjadi platform utama untuk mempromosikan kekayaan budaya dan pariwisata Bengkayang, Kalimantan Barat. Acara ini bukan hanya perayaan panen padi, tetapi juga perwujudan komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan budaya Dayak dan memperkenalkan keindahannya kepada dunia. Lewat Gawai Dayak, diharapkan dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, mengingat letak geografis Bengkayang yang strategis, berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur.
Gawai Dayak Maka' Dio, yang baru saja ditutup, menjadi contoh nyata bagaimana perayaan tradisional dapat dipadukan dengan promosi pariwisata. Acara ini mengangkat tema 'penguatan adat dan budaya Dayak melalui sektor pertanian, ketahanan pangan dan kemandirian', menunjukkan bahwa pelestarian budaya juga berkaitan erat dengan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Bupati Darwis menekankan pentingnya menjaga warisan budaya Dayak agar tidak tergerus oleh globalisasi, mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam pengembangan budaya dan pariwisata daerah.
Perayaan Gawai Dayak, yang dilakukan setelah panen padi, merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan (Jubata) atas hasil panen yang melimpah. Lebih dari sekadar perayaan, Gawai Dayak menjadi momentum untuk memperkenalkan keunikan budaya Dayak kepada dunia. Potensi pariwisata budaya Bengkayang sangat besar, didukung oleh keanekaragaman etnis dan objek wisata yang menarik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bupati Darwis yang meyakini bahwa potensi budaya dan wisata Bengkayang dapat menjadi penggerak utama pembangunan daerah.
Kekayaan Budaya Dayak dalam Gawai Dayak
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan Seluas, Gustian Andiwinata, menjelaskan bahwa Gawai Dayak merupakan ungkapan syukur suku Dayak atas hasil panen padi, baik dari sawah maupun ladang. Perayaan ini tidak hanya berupa ungkapan syukur kepada Jubata, tetapi juga momen untuk berkumpul, berbagi makanan, dan merayakan hasil kerja keras sepanjang tahun. Nama perayaan Gawai Dayak bervariasi di setiap sub suku, mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya Dayak.
Beberapa contoh nama perayaan Gawai Dayak antara lain Berape' Sawa' (Dayak Bakati), Gawia Sowa (Bedayuh Jagoi Babang), Ngobeng (Dayak Bedayu Sebujit, Sungkung, Tawang, Tadatn, Riok dan Sara), dan naik dango (sub suku Kenayatn dan sekitarnya). Meskipun namanya berbeda, inti perayaan tetap sama, yaitu ungkapan syukur atas hasil panen dan permulaan siklus pertanian baru.
Gustian Andiwinata juga menambahkan bahwa masih banyak tradisi dan budaya Dayak yang berkaitan dengan ketahanan pangan yang perlu dilestarikan dan dipromosikan. Contohnya, Ngalayakng Datn Bonos (bersih-bersih setelah acara) di akhir Mei, Ngawah atau Ngarantek Sawa' (buka ladang baru) di Juni, dan Uman Pade Bahu (makan padi baru) di Maret. Perayaan-perayaan ini menunjukkan kearifan lokal Dayak dalam mengelola sumber daya alam dan menjaga kelangsungan hidup.
Potensi Pariwisata Budaya Bengkayang
Gawai Dayak tidak hanya menjadi perayaan budaya semata, tetapi juga sebagai sarana promosi pariwisata budaya Bengkayang. Keberagaman budaya Dayak, dipadukan dengan keindahan alam Bengkayang, menawarkan potensi wisata yang sangat besar. Pemerintah daerah Bengkayang menyadari hal ini dan berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dengan letak geografis yang strategis, berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur, Bengkayang memiliki aksesibilitas yang baik untuk menarik wisatawan mancanegara. Perayaan Gawai Dayak dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Dayak dan keindahan alam Kalimantan Barat. Pemerintah daerah perlu terus mendukung dan mengembangkan potensi pariwisata budaya ini agar dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Melalui promosi yang tepat dan terencana, Gawai Dayak dapat menjadi ikon pariwisata Bengkayang, menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan merasakan langsung keramahan masyarakat Dayak serta kekayaan budaya yang dimiliki. Hal ini akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat dan pelestarian budaya Dayak untuk generasi mendatang. Dengan demikian, Gawai Dayak tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga menjadi aset berharga bagi pembangunan daerah.
Keberhasilan promosi pariwisata budaya Bengkayang melalui Gawai Dayak bergantung pada kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan pelaku usaha pariwisata. Dengan sinergi yang baik, potensi pariwisata budaya Bengkayang dapat dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan.