Gubernur Banten Tantang DPK Tingkatkan Literasi: Angka Masih di Bawah 25 Persen
Gubernur Banten, Andra Soni, menantang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) untuk meningkatkan angka literasi yang masih rendah, hanya 24 persen, dengan strategi terintegrasi dalam program prioritas daerah.
Serang, 15 Mei 2025 - Gubernur Banten, Andra Soni, melontarkan tantangan kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten untuk segera merumuskan strategi peningkatan literasi masyarakat. Tantangan ini muncul setelah Gubernur menyoroti rendahnya angka literasi di Banten yang baru mencapai 24 persen. Pernyataan ini disampaikan usai pembukaan Banten Book Fair 2025 di halaman Kantor DPK Provinsi Banten, Kota Serang, Rabu lalu. Bagaimana upaya peningkatan literasi ini akan dilakukan dan apa saja kendalanya?
Gubernur Andra Soni menekankan betapa pentingnya literasi sebagai fondasi kemajuan peradaban. Menurutnya, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman informasi dan pencapaian tujuan hidup. "Budaya literasi kita masih kecil sekali, maaf, baru di 24 persenan. Nah itu adalah PR kita untuk bagaimana harus kita tingkatkan itu," ungkap Gubernur Andra.
Ia menambahkan, pengalaman masa kecilnya yang gemar membaca koran dan berbagai bacaan lainnya telah membentuk karakter dan inspirasinya. "Waktu saya kecil, itu ada tukang koran, dan banyak bacaan yang saya baca. Itu semua bisa kita tahu dan dapatkan dari hasil membaca. Jaman saya kecil, nggak ada alat lain selain buku atau tulisan," kenangnya. Beliau juga menyebutkan bahwa minat baca sejak dini dapat membentuk karakter dan arah hidup seseorang. "Saya itu suka baca cerita-cerita hikayat, cerita-cerita yang menginspirasi, jadi saya terfikir untuk saya mau seperti ini, saya ingin begini," tambah Gubernur Andra.
Strategi Peningkatan Literasi di Banten
Menanggapi rendahnya angka literasi, Gubernur Andra menantang DPK untuk segera menyusun strategi dan program konkret. Strategi ini nantinya akan diusulkan dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mendatang. "Saya berikan challenge kepada teman-teman dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Mari kita diskusikan bagaimana strategi untuk meningkatkan angka literasi kita, baik mungkin melalui program-program atau kegiatan," tutur Gubernur Andra.
Kepala DPK Banten, Usman Asshidqqi Qohara, menanggapi tantangan tersebut dengan menjelaskan sejumlah program literasi yang telah dijalankan. Namun, ia mengakui adanya kendala keterbatasan anggaran. "Selama ini kan orang taunya literasi itu hanya perpustakaan, tapi literasi itu juga soal kesejahteraan. Makanya, beberapa program kita sekarang ini literasi tidak hanya baca tulis, tapi literasi untuk hidup yang lebih baik dan inklusif," jelas Usman.
Beberapa program yang telah dijalankan antara lain pustaka bergerak, mobil pintar, layanan arsip keliling, serta program peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM). Semua layanan ini diberikan secara gratis kepada masyarakat. Namun, Usman mengakui luasnya wilayah Banten menjadi tantangan tersendiri dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
DPK Provinsi Banten juga akan memperkuat kolaborasi dengan dinas perpustakaan kabupaten/kota melalui Forum Perpustakaan Umum Indonesia. "Beberapa program itu selama ini berjalan, ya walau dengan keterbatasan anggaran, tapi kita bisa jalan. Tapi kita juga mengalami kesulitan, ini kan harus menjangkau ke seluruh Banten, nah itu yang saat ini masih menjadi tantangan kita," ujar Usman. "Saya ingin kita bersinergi dengan kabupaten kota untuk meningkatkan itu (angka literasi). Jadi saling bekerja sama," pungkasnya.
Tantangan dan Solusi Peningkatan Literasi
Rendahnya angka literasi di Banten menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan anggaran dan luasnya wilayah yang perlu dijangkau. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi yang terintegrasi dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain: optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil; peningkatan kualitas dan kuantitas buku dan bahan bacaan; pengembangan program literasi yang menarik dan inovatif; serta pelatihan bagi para pustakawan dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membimbing masyarakat.
Pentingnya peran serta masyarakat juga tidak dapat diabaikan. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi dan mengajak mereka untuk aktif terlibat dalam berbagai program literasi merupakan langkah krusial dalam upaya meningkatkan angka literasi di Banten.
Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat dari semua pihak, diharapkan angka literasi di Banten dapat meningkat secara signifikan dan berkontribusi pada kemajuan peradaban di daerah tersebut. Peningkatan literasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Banten secara keseluruhan.