IHSG Menguat 0,99 Persen! Semua Sektor Naik, Didorong Harapan De-eskalasi AS-China
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,99 persen ke posisi 6.678,91, didorong oleh harapan de-eskalasi AS-China dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore, 25 April, ditutup menguat signifikan. Kenaikan ini ditandai dengan penguatan di semua sektor saham, menunjukkan sentimen positif yang kuat di pasar modal Indonesia. Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor global dan domestik, termasuk harapan de-eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta potensi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed.
IHSG berhasil ditutup menguat 65,43 poin atau 0,99 persen, mencapai posisi 6.678,91. Kenaikan ini juga diikuti oleh indeks LQ45 yang naik 8,15 poin atau 1,10 persen ke posisi 750,02. Kinerja positif ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia di tengah dinamika ekonomi global yang masih bergejolak.
Penguatan IHSG ini tidak terlepas dari sentimen positif dari perkembangan ekonomi global. Harapan de-eskalasi antara Amerika Serikat dan China terkait tarif dagang memberikan dampak positif bagi pasar saham emerging market, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menegaskan bahwa negosiasi perdagangan dengan China masih berlangsung, meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh pihak Beijing.
Analisis Penguatan IHSG
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed memberikan dampak positif bagi emerging market di Asia, termasuk Indonesia. Hal ini memungkinkan bank sentral di kawasan tersebut untuk lebih fleksibel dalam kebijakan moneter. Potensi penurunan suku bunga The Fed diperkirakan akan memberikan likuiditas tambahan ke pasar, sehingga mendorong investor untuk berinvestasi di pasar saham.
Konfirmasi dari pejabat Gedung Putih mengenai pertemuan tatap muka tingkat rendah dan panggilan telepon antara perwakilan AS dan China pada pekan ini semakin memperkuat sentimen positif tersebut. Pertemuan-pertemuan ini menunjukkan adanya upaya untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan antara kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.
Potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed juga menjadi katalis positif. Pejabat The Fed, Christopher Waller dan Beth Hammack, mengungkapkan potensi pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) lebih cepat dari perkiraan jika kebijakan tarif mengancam pasar tenaga kerja dan ekonomi. Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, bahkan menyarankan potensi penurunan suku bunga dapat terjadi paling cepat pada Juni 2025, jika dibenarkan oleh data ekonomi. Langkah ini diyakini sebagai upaya antisipasi potensi resesi.
Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Di sisi domestik, kebijakan Bank Indonesia (BI) juga turut mendukung penguatan IHSG. Gubernur BI mengungkapkan bahwa BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar, prospek inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 April 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75 persen. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.
Dengan inflasi domestik yang terkendali, BI memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyesuaikan suku bunga. Hal ini menjadi faktor tambahan yang mendukung prospek positif bagi pasar saham Indonesia di masa mendatang. Stabilitas makro ekonomi Indonesia yang terjaga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing.
IHSG dibuka menguat dan bertahan di teritori positif hingga penutupan sesi pertama dan kedua perdagangan saham. Semua dari sebelas sektor berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC menguat, dengan sektor teknologi memimpin kenaikan sebesar 2,4 persen, diikuti sektor barang konsumen primer (2,32 persen) dan sektor barang baku (1,52 persen).
Pergerakan Saham dan Aktivitas Perdagangan
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain WAPO, MFIN, FORU, DIVA, dan INET. Sebaliknya, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah NETV, SMIL, OBAT, CINT, dan WGSH. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.078.972 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,91 miliar lembar saham senilai Rp10,13 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 427 saham naik, 175 saham menurun, dan 204 saham tidak bergerak nilainya.
Secara keseluruhan, kinerja IHSG pada penutupan pekan ini menunjukkan sentimen positif yang cukup kuat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Prospek ekonomi Indonesia yang relatif stabil dan potensi penurunan suku bunga The Fed menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia. Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi volatilitas pasar.
Sebagai perbandingan, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei menguat 1,90 persen, sementara indeks Shanghai melemah 0,07 persen. Indeks Kuala Lumpur menguat 0,18 persen, dan indeks Strait Times melemah 0,21 persen.