IHSG Menguat di Tengah Pelemahan Bursa Asia: Rupiah Stabil, Trump Bebaskan Tarif USMCA
IHSG menguat 0,48 persen di tengah pelemahan bursa Asia, didorong oleh data cadangan devisa Indonesia yang stabil dan kebijakan pembebasan tarif USMCA oleh Presiden Trump.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penguatan pada Jumat pagi, 7 Maret 2025, sebesar 0,48 persen atau 31,97 poin, mencapai posisi 6.649,82. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan mayoritas bursa saham di kawasan Asia. Kenaikan IHSG ini dipicu oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri, yang memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia.
Penguatan IHSG juga diikuti oleh Indeks LQ45 yang naik 0,67 poin atau 0,09 persen ke posisi 754,16. Hal ini menunjukkan optimisme investor terhadap saham-saham unggulan di Indonesia. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak sideways dengan potensi penguatan pada perdagangan selanjutnya. Prediksi ini didasarkan pada analisis fundamental dan teknikal terhadap kondisi pasar saat ini.
Berbagai faktor internal dan eksternal turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Dari sisi domestik, stabilitas nilai tukar Rupiah dan kebijakan pemerintah menjadi faktor penentu. Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data cadangan devisa Februari 2025 pada hari yang sama, yang diperkirakan tetap stabil di tengah nilai tukar Rupiah yang berada di kisaran Rp16.300 per dolar AS. Upaya pemerintah melakukan refinancing atas utang jatuh tempo di 2025 sebesar Rp800 triliun juga memberikan sentimen positif.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi IHSG
Dari kancah internasional, kebijakan Presiden Donald Trump terkait perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada (USMCA) memberikan dampak signifikan. Trump mengumumkan pembebasan tarif 25 persen untuk barang-barang asal Kanada dan Meksiko selama satu bulan. Kebijakan ini menyusul pembebasan tarif untuk barang otomotif sehari sebelumnya, setelah awalnya hanya Meksiko yang mendapatkan pengecualian. Keputusan ini memberikan dampak positif bagi pasar global dan turut mempengaruhi sentimen investor terhadap IHSG.
Di pasar Eropa, bursa saham berhasil memangkas kerugian dan berakhir mendatar pada Kamis, 6 Maret 2025. Hal ini terjadi setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga sesuai ekspektasi dan memberikan sinyal kemungkinan pelonggaran kebijakan lebih lanjut untuk menjaga inflasi tetap stabil. Kondisi ini memberikan sedikit kelegaan bagi pasar global yang tengah dibayangi ketidakpastian.
Namun, Wall Street mengalami penurunan tajam pada hari yang sama. Nasdaq memasuki fase koreksi sejak Desember 2024, dipicu oleh kekhawatiran pasar atas ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Dow Jones Industrial Average merosot 427,51 poin (0,99 persen), S&P 500 turun 104,11 poin (1,78 persen), dan Nasdaq Composite Index anjlok 483,48 poin (2,61 persen).
Pergerakan Bursa Saham Regional Asia
Di pasar regional Asia, pergerakan bursa saham terbilang beragam. Indeks Nikkei melemah 748,16 poin (1,98 persen) ke level 37.037,31, indeks Shanghai turun 6,49 poin (0,20 persen) ke posisi 3.310,44, dan indeks Kuala Lumpur melemah 10,70 poin (0,68 persen) ke posisi 1.560,69. Namun, indeks Straits Times justru menguat 10,70 poin (0,27 persen) ke level 3.898,22.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG yang menguat di tengah pelemahan mayoritas bursa Asia menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia. Stabilitas nilai tukar Rupiah, kebijakan pemerintah, dan sentimen positif dari kebijakan internasional berkontribusi pada kinerja positif IHSG. Meskipun terdapat ketidakpastian global, pasar saham Indonesia menunjukkan resiliensi dan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Penting untuk diingat bahwa pasar saham bersifat dinamis dan fluktuatif. Analisis ini hanya merupakan gambaran umum dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar investasi tunggal. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi.