Ilmuwan Tekankan Konservasi Spesies Migrasi di Bentang Laut Sunda Kecil
Para ilmuwan menyoroti pentingnya upaya konservasi spesies laut migrasi di Bentang Laut Sunda Kecil, yang meliputi Indonesia dan Timor Leste, guna melindungi keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekonomi biru.
Kawasan Bentang Laut Sunda Kecil (BLSK), yang mencakup Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Leste, tengah menjadi sorotan para ilmuwan. Mereka menekankan urgensi penyelamatan spesies laut migrasi yang menjadikan wilayah ini sebagai habitat kunci. Laut Sawu dan Selat Ombai, misalnya, diidentifikasi sebagai area penting bagi spesies-spesies tersebut, yang meliputi spesies terancam punah seperti elasmobranch, mamalia laut, dan penyu. Upaya konservasi ini melibatkan kerjasama lintas negara dan berbagai pemangku kepentingan.
Iqbal Herwata, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, menjelaskan bahwa banyak spesies migrasi di BLSK masih kekurangan data pergerakan. Hal ini menghambat pemahaman menyeluruh tentang habitat penting, koridor migrasi, dan pola musiman mereka. Modernisasi perikanan tradisional juga meningkatkan tekanan terhadap spesies-spesies ini, terutama karena penggunaan alat tangkap dengan selektivitas rendah yang meningkatkan risiko tangkapan sampingan. Kondisi ini mengancam keberlangsungan hidup spesies migrasi yang sangat penting bagi ekosistem laut.
Sejak Juni 2024, berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mendukung proyek SOMACORE. Proyek ini bekerja sama dengan pemangku kepentingan lokal, nasional, dan regional di Indonesia dan Timor Leste. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan prioritas dan target pemerintah dengan Rencana Aksi Regional 2.0 (RPOA 2.0). RPOA 2.0 sendiri berfokus pada penguatan kerja sama regional, peningkatan pengelolaan kawasan konservasi perairan, mitigasi dampak perubahan iklim, promosi perikanan berkelanjutan, dukungan mata pencaharian masyarakat pesisir, dan pembangunan basis data spesies terancam punah. Kerjasama ini menjadi kunci keberhasilan upaya konservasi jangka panjang.
Pentingnya Kolaborasi Lintas Batas dan Pemetaan Penelitian
Ketut Sarjana Putra, Transboundary Oceans Senior Advisor Konservasi Indonesia, menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi lintas batas. Langkah ini meliputi pemetaan penelitian yang telah ada terkait spesies migrasi, identifikasi kesenjangan penelitian, dan pengembangan rekomendasi untuk pengelolaan spesies migrasi yang efektif dan strategis. Hal ini sangat penting untuk mendukung pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan di BLSK. Ekonomi biru yang berkelanjutan harus diiringi dengan upaya konservasi yang terintegrasi.
Kolaborasi ini juga mencakup kerjasama dengan CTI-CFF (Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security), sebuah kemitraan multilateral enam negara, termasuk Indonesia dan Timor Leste. CTI-CFF bertujuan untuk melestarikan sumber daya laut dan pesisir melalui penanganan isu-isu krusial seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati laut. Kerjasama internasional ini menjadi bukti komitmen global dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Melalui kerjasama ini, diharapkan dapat tercipta pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan terintegrasi. Pentingnya data dan informasi yang akurat menjadi kunci dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk melindungi spesies migrasi dan ekosistem laut di BLSK.
Bentang Laut Sunda Kecil: Prioritas Konservasi
Christovel Rotinsulu, Deputy Executive Director of Program Services CTI-CFF Regional Secretariat, menyatakan bahwa BLSK merupakan prioritas konservasi yang sangat penting. Wilayah ini memiliki keanekaragaman terumbu karang yang luar biasa, habitat unit terumbu karang yang vital, dan peran penting dalam konektivitas ekologi sumber daya perikanan. BLSK mendukung berbagai fase kehidupan spesies laut, termasuk migrasi, pemijahan, mencari makan, dan area asuhan. Oleh karena itu, perlindungan BLSK sangat krusial bagi keberlangsungan hidup berbagai spesies laut.
Upaya konservasi di BLSK tidak hanya berfokus pada perlindungan spesies migrasi, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa upaya konservasi memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, sekaligus melindungi keanekaragaman hayati laut yang berharga. Hal ini memerlukan pemahaman yang komprehensif tentang ekosistem dan kebutuhan masyarakat setempat.
Kesimpulannya, upaya konservasi spesies migrasi di Bentang Laut Sunda Kecil memerlukan kerjasama yang kuat antara pemerintah Indonesia dan Timor Leste, lembaga konservasi, peneliti, dan masyarakat lokal. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, kita dapat memastikan kelestarian keanekaragaman hayati laut dan pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan di wilayah ini.