Indonesia dan Swiss Perkuat Kerja Sama Vokasi, Bidik SDM Unggul
Kerja sama Indonesia-Swiss di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi berlanjut hingga 2027, bertujuan mencetak SDM unggul dan kompetitif di pasar kerja.
Pemerintah Indonesia dan Swiss resmi melanjutkan kerja sama dalam pendidikan dan pelatihan vokasi. Kerja sama ini, yang telah dimulai sejak 2018, difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pendekatan Dual Vocational Education and Training (Dual VET).
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Martini M. Paham, menjelaskan bahwa tujuan utama kerja sama ini adalah menyiapkan SDM yang kompeten dan profesional, sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan dengan menekankan pendidikan vokasi yang berorientasi pada praktik, guna mencetak tenaga kerja unggul. "Ini dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional sesuai dengan kebutuhan pasar, salah satunya melalui pendidikan vokasi yang berorientasi pada praktik sebagai fondasi utama dalam mencetak tenaga kerja yang unggul," ujarnya dalam keterangan pers.
Kerja sama ini diresmikan dalam acara 'Skills in Action Forum: Advancing Competitiveness' di Jakarta pada Kamis (27/2). Acara ini menandai dimulainya fase baru kerja sama yang akan berfokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja dan daya saing Indonesia secara keseluruhan.
Peningkatan Keterampilan dan Daya Saing Indonesia
Dalam kerja sama ini, pendekatan Dual VET diterapkan melalui dua program utama: Skills for Competitiveness (S4C) dan Sustainable Tourism Education Development (STED). Kedua program ini diimplementasikan di lembaga pendidikan dan tempat kerja untuk meningkatkan keterampilan praktis para peserta didik.
Pemerintah Swiss bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan politeknik di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perindustrian. Politeknik Pariwisata Lombok terpilih sebagai lembaga sasaran pada fase pertama kolaborasi ini.
Kerja sama ini melibatkan berbagai program, termasuk Community Coaching on Sustainability (COCOS) untuk SUSTOUR Project pada 2022 dan 2023. Program COCOS telah berhasil mendampingi delapan desa, melatih 34 pelatih utama dan 36 pelatih baru, serta membantu tujuh penyedia layanan konsultasi.
Selain itu, program Training of Trainers on Hospitality Practices on Sustainability dan program pelatihan The Swiss Federation for Adult Learning (SVEB) juga turut dijalankan. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan praktik berkelanjutan di sektor pariwisata.
Fase Kedua Kerja Sama: Menutup Kesenjangan Keterampilan
Saat ini, kerja sama telah memasuki fase kedua yang akan berlangsung hingga tahun 2027. Swisscontact ditunjuk sebagai lembaga pelaksana proyek ini, yang akan melibatkan enam politeknik pariwisata di bawah Kementerian Pariwisata.
Martini menekankan bahwa upaya ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan dan meningkatkan daya saing tenaga kerja serta perusahaan di Indonesia. "Upaya ini untuk mengatasi kesenjangan pendidikan sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia," katanya.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN, Olivier Zehnder, menambahkan bahwa ekonomi yang kompetitif dibangun atas dasar tenaga kerja yang terampil, adaptif, tangguh, dan siap menghadapi perkembangan ekonomi yang dinamis. Fase baru ini berfokus pada penanganan tantangan yang tersisa untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan memperkuat daya saing negara.
"Kami yakin dengan pendekatan pendidikan dan pelatihan vokasi ganda, kita dapat memainkan peran transformatif dalam menutup kesenjangan keterampilan di Indonesia," tambah Duta Besar Zehnder.
Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia dan memperkuat daya saing bangsa di kancah global. Dengan fokus pada pendidikan vokasi yang berbasis praktik, kerja sama ini menjanjikan masa depan yang lebih cerah bagi tenaga kerja Indonesia.