Indonesia Punya Daya Tawar Cukup Hadapi Negosiasi Tarif dengan AS, Kata Ekonom
Ekonom menilai Indonesia memiliki daya tawar yang cukup dalam negosiasi tarif dengan AS berkat sejumlah indikator positif ekonomi dan strategi keterlibatan aktif pemerintah.
Jakarta, 28 April 2024 - Indonesia dinilai memiliki daya tawar yang cukup kuat dalam menghadapi negosiasi tarif perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan oleh Shan Saeed, Chief Economist Juwai IQI, menanggapi dinamika hubungan bilateral ekonomi antara kedua negara. Menurut Shan, langkah pemerintah Indonesia yang aktif membangun strategi keterlibatan dengan AS merupakan kunci dalam mengelola risiko dan mencari solusi optimal.
Dalam acara Media Briefing: Outlook Ekonomi Indonesia 2025 di Jakarta, Shan menjelaskan, "Ketika terjadi ketidakpahaman atau perbedaan pandangan, selalu ada ruang untuk bernegosiasi. Pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah bijak dengan mendekati pemerintah AS secara langsung guna mencari jalan tengah dan menciptakan harmoni dalam hubungan perdagangan." Ia menekankan bahwa tarif dagang, meskipun tampak signifikan, pada akhirnya merupakan variabel mikro yang dapat diselesaikan melalui negosiasi yang tepat.
Kepercayaan diri Shan didasari oleh sejumlah indikator positif ekonomi Indonesia saat ini. Peningkatan investasi asing langsung (FDI), pembangunan infrastruktur yang masif, bonus demografi, dan kebijakan baru yang menarik investor, seperti pelonggaran kepemilikan properti bagi warga negara asing, menjadi modal penting dalam negosiasi tersebut. "Jadi, secara keseluruhan kami berpendapat pemerintah akan mampu bernegosiasi cukup baik dengan AS dan saya kira perekonomian akan membaik lagi," tambahnya.
Strategi Negosiasi Indonesia dengan AS
Pada masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump, Indonesia pernah dikenai tarif sebesar 32 persen. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, telah melakukan upaya diplomasi intensif. Tim negosiasi Indonesia telah mengajukan proposal yang mencakup lima kepentingan nasional strategis.
Kelima poin penting dalam proposal tersebut meliputi komitmen pembelian energi dari AS, upaya untuk mendapatkan tarif ekspor yang adil dan kompetitif, program deregulasi untuk menciptakan lapangan kerja, penguatan kerja sama dalam rantai pasok industri strategis dan mineral kritis, serta peningkatan akses terhadap teknologi di bidang kesehatan, pertanian, dan energi baru terbarukan. Langkah ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam membangun hubungan ekonomi yang saling menguntungkan.
Airlangga Hartarto menyatakan bahwa proposal tersebut telah diterima dengan baik dan mendapat apresiasi dari pemerintah AS. Saat ini, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk pembahasan teknis negosiasi yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat. Hal ini menunjukkan optimisme pemerintah dalam mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Pemerintah Indonesia optimistis dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dengan AS. Keberhasilan negosiasi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Dengan strategi yang tepat dan indikator ekonomi yang positif, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dalam menghadapi negosiasi ini.
Indikator Positif Ekonomi Indonesia
- Peningkatan Investasi Asing Langsung (FDI)
- Pembangunan Infrastruktur yang Masif
- Bonus Demografi
- Kebijakan yang Ramah Investor (misalnya, pelonggaran kepemilikan properti untuk warga negara asing)
Keberhasilan negosiasi ini akan berdampak positif terhadap iklim investasi di Indonesia dan memperkuat posisi Indonesia di kancah ekonomi global. Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat semakin meningkatkan daya saingnya di pasar internasional.