Inflasi Kalimantan Selatan Terkendali di 1,2 Persen pada Triwulan I 2025
Perekonomian Kalimantan Selatan tetap stabil di triwulan pertama 2025 dengan inflasi 1,2 persen (yoy), meskipun terjadi penurunan surplus neraca perdagangan.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Selatan (Kanwil DJPb Kalsel) melaporkan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) tetap terjaga pada triwulan I (Januari-Maret) tahun 2025. Tingkat inflasi berhasil dijaga pada angka 1,2 persen (yoy), meskipun sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 1,03 persen. Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi Kalsel di tengah perlambatan ekonomi global.
Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalsel, Syafriadi, menjelaskan bahwa peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat selama bulan Ramadhan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian daerah. Meskipun demikian, inflasi di Kalsel mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen secara bulanan pada Maret 2025 dibandingkan Februari 2025. Komoditas yang berkontribusi terhadap peningkatan inflasi antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, cabai rawit, dan sigaret kretek mesin.
Meskipun terdapat sejumlah tantangan, kinerja ekonomi Kalsel menunjukkan tren yang positif. Namun, perlu kewaspadaan terhadap beberapa indikator ekonomi yang perlu diperhatikan lebih lanjut.
Neraca Perdagangan Kalsel Menunjukkan Tren Menurun
Meskipun pada Maret 2025 neraca perdagangan Kalsel masih surplus sebesar 710,72 juta dolar AS, angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan. Surplus tersebut menurun 32,24 persen (yoy) dan 14,17 persen (mtm). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan nilai ekspor, terutama pada komoditas minyak kelapa sawit dan batubara, sementara nilai impor justru meningkat. Peningkatan impor didorong oleh meningkatnya impor minyak petroleum dan kapal/kendaraan air seperti kapal feri, kapal kargo, dan kapal tongkang.
Penurunan ekspor dan peningkatan impor ini menjadi perhatian serius karena dapat mempengaruhi kinerja ekonomi Kalsel secara keseluruhan. Pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ini.
"Penurunan nilai ekspor pada Maret disebabkan penurunan volume ekspor minyak kelapa sawit dan batubara, sedangkan dari sisi impor mengalami peningkatan yang disebabkan peningkatan importasi minyak petroleum dan kapal/kendaraan air seperti kapal feri, kapal kargo, kapal tongkang," ungkap Syafriadi menjelaskan penyebab penurunan surplus neraca perdagangan.
Kinerja APBN Kalsel Hingga Maret 2025
Target pendapatan APBN Kalsel tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp22,02 triliun. Hingga Maret 2025, pencapaian kinerja pendapatan APBN Kalsel mencapai sekitar Rp2,05 triliun atau 9,32 persen dari target. Angka ini menunjukkan kontraksi sebesar 44,72 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun inflasi terkendali dan neraca perdagangan masih surplus, pencapaian pendapatan APBN yang mengalami kontraksi signifikan perlu menjadi perhatian. Pemerintah perlu menganalisis penyebab kontraksi tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan negara.
"Capaian ini mengalami kontraksi 44,72 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujar Syafriadi terkait pencapaian pendapatan APBN Kalsel hingga Maret 2025.
Secara keseluruhan, perekonomian Kalsel pada triwulan I 2025 menunjukkan kondisi yang cukup baik dengan inflasi yang terjaga. Namun, perlu kewaspadaan terhadap penurunan surplus neraca perdagangan dan pencapaian pendapatan APBN yang mengalami kontraksi. Pemantauan dan evaluasi secara berkala sangat penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Kalsel ke depannya.