Keputusan Trump Keluar dari Perjanjian Paris: Dorongan Industrialisasi AS?
Pakar menilai keputusan Donald Trump menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris sebagai upaya mendorong industrialisasi di negaranya, meskipun berpotensi meningkatkan polusi.
Presiden Donald Trump secara resmi menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Iklim Paris pada Senin, 20 Januari 2017. Pengumuman ini mengejutkan banyak pihak dan memicu perdebatan internasional. Namun, bagi Teuku Rezasyah, pakar hubungan internasional, keputusan ini menunjukkan strategi industrialisasi AS.
Rezasyah menjelaskan bahwa fokus Trump pada ‘manufacturing country’ – negara yang memproduksi barang – mengindikasikan rencana untuk meningkatkan sektor manufaktur AS. Hal ini disampaikannya dalam wawancara telepon dengan ANTARA pada Selasa, 21 Januari 2017. Menurutnya, Trump ingin membangun kembali industri AS dengan teknologi canggih, memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing negara bagian.
Konsekuensinya, pembangunan pabrik-pabrik baru akan meningkatkan polusi. "Tapi, polusi itu bisa dia kendalikan," kata Rezasyah. Kendati demikian, tingkat polusi diperkirakan akan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini merupakan trade-off yang tampaknya diterima Trump demi mencapai tujuan ekonominya.
Alasan di balik keputusan Trump, menurut Rezasyah, adalah karena ia menilai Perjanjian Paris tidak menguntungkan AS. Amerika Serikat, kata Rezasyah, sering dituntut untuk memberikan bantuan keuangan yang besar untuk negara lain dalam menangani isu iklim. Trump sepertinya merasa hal ini memberatkan negaranya.
Dengan slogan kampanyenya ‘Make America Great Again’, Trump tampaknya akan mengalihkan dana yang sebelumnya dialokasikan untuk penanganan iklim ke proyek-proyek domestik. Rezasyah menilai langkah ini sebagai indikasi meningkatnya egoisme AS dan kecenderungan menuju unilateralisme, meninggalkan kerja sama multilateral.
Meskipun keluar dari perjanjian, Rezasyah memperkirakan Trump masih akan memberikan bantuan kepada negara-negara tertentu yang dianggapnya perlu dalam menangani masalah lingkungan. Ini menunjukkan pendekatan selektif dan pragmatis dalam kebijakan luar negeri AS terkait lingkungan.
Kantor Berita Turki Anadolu sebelumnya melaporkan pernyataan Trump yang menyebut Perjanjian Iklim Paris sebagai perjanjian yang tidak adil dan berat sebelah. Pernyataan ini disampaikan Trump saat parade pelantikan di Capital One Arena, Washington.
Kesimpulannya, keputusan Trump untuk menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris merupakan langkah yang kompleks. Di satu sisi, ini menunjukkan ambisi untuk meningkatkan industri dalam negeri, tetapi di sisi lain, berpotensi meningkatkan polusi dan memperburuk masalah perubahan iklim global. Dampak jangka panjang dari keputusan ini masih perlu dikaji lebih lanjut.