Lahan Tidur di Kuningan Disulap Jadi Demplot Jagung Hibrida, Dorong Kemandirian Pangan
Pemkab Kuningan sukses mengubah lahan tidur seluas 0,7 hektare di Kecamatan Luragung menjadi demplot jagung hibrida, menerapkan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan perekonomian warga.
Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berhasil mengubah lahan tidur seluas 0,7 hektare di Kecamatan Luragung menjadi demplot jagung hibrida. Inisiatif ini dijalankan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kuningan pada Selasa, 22 April 2024, sebagai upaya mendukung perekonomian warga dan mewujudkan kemandirian pangan. Program ini menjawab pertanyaan apa (perubahan lahan tidur menjadi demplot jagung), siapa (Pemkab Kuningan melalui Diskatan), di mana (Kecamatan Luragung, Kuningan), kapan (22 April 2024), mengapa (mendukung kemandirian pangan dan perekonomian warga), dan bagaimana (dengan memanfaatkan teknologi pertanian modern).
Kepala Diskatan Kuningan, Wahyu Hidayah, menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat untuk mencapai kemandirian pangan pada tahun 2025. "Dari lahan yang semula terbengkalai, kini menjadi sumber harapan," ujarnya. Wahyu juga mengajak seluruh kepala desa dan petani untuk memanfaatkan lahan yang ada secara optimal demi mendukung ketahanan pangan nasional.
Kegiatan pembukaan lahan dan penanaman perdana dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Ketahanan Pangan dan Pertanian (KPP) Luragung Diskatan Kuningan, bekerja sama dengan pemerintah desa setempat. Lebih dari sekadar lahan pertanian, demplot ini dirancang sebagai percontohan penerapan teknologi pertanian modern, menunjukkan komitmen nyata pemerintah daerah dalam memajukan sektor pertanian.
Teknologi Modern untuk Hasil Optimal
Salah satu inovasi yang diterapkan di demplot jagung hibrida ini adalah penggunaan pupuk organik cair. Pupuk ini diklaim mampu meningkatkan hasil panen hingga 30 persen dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain pupuk organik cair, penggunaan alat Corn Seed Planter (CSP) juga diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi penanaman. Teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memangkas waktu tanam, sehingga petani dapat lebih efektif dalam mengelola lahan mereka.
Wahyu Hidayah optimis bahwa keberhasilan program ini dapat menjadi model pertanian berkelanjutan yang dapat direplikasi di desa-desa lain di Kabupaten Kuningan. "Kalau berhasil, ini bisa menjadi model pertanian berkelanjutan yang bisa direplikasi di desa-desa lain," kata Wahyu.
Transformasi Lahan Tidur Menjadi Pusat Produktivitas
Sebelum diubah menjadi demplot jagung hibrida, lahan tersebut hanya ditanami singkong dan sempat tidak dimanfaatkan secara optimal. Namun, berkat dukungan dan inisiatif dari pemerintah daerah, lahan tersebut kini telah disulap menjadi pusat kegiatan pertanian yang produktif dan menjanjikan.
Program ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian desa. "Ini bagian dari ikhtiar kami untuk bangkit. Kami ingin membuktikan bahwa desa bisa mandiri, dan setiap jengkal tanah bisa bermanfaat," ungkap Wahyu Hidayah.
Tidak hanya sebagai lahan produksi, demplot ini juga diharapkan menjadi lokasi edukatif dan inspiratif bagi petani dan masyarakat luas. Lokasinya yang strategis di tepi Jalan Raya Luragung-Cidahu memudahkan akses bagi siapapun yang ingin belajar dan melihat langsung penerapan teknologi pertanian modern.
Dengan keberhasilan program ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, mendukung ketahanan pangan lokal, dan menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal serupa. Inovasi dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan pertanian yang maju dan berkelanjutan.