Lapas Baubau Jalin Kerja Sama dengan Psikolog untuk Bina Mental Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Baubau berkolaborasi dengan psikolog untuk meningkatkan kesehatan mental dan kepribadian warga binaan agar lebih baik setelah kembali ke masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Baubau, Sulawesi Tenggara, mengambil langkah inovatif dalam pembinaan warga binaan dengan menjalin kerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Himpsi Sultra. Kerja sama ini difokuskan pada peningkatan kesehatan mental dan kepribadian warga binaan, khususnya dalam aspek moral dan emosional. Kolaborasi ini diresmikan pada Selasa, 22 April 2024, di Kendari.
Kepala Lapas Kelas IIA Baubau, Tubagus M. Chaidir, menjelaskan bahwa program pembinaan kepribadian ini bertujuan untuk mengedukasi warga binaan agar menyadari kesalahan mereka dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan. "Dengan adanya konseling psikolog ini, bisa mengedukasi warga binaan terutama anak didik PAS yang di Lapas Baubau agar menyadari dan menyesali perbuatannya," ujar Tubagus dalam keterangannya.
Langkah ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi proses reintegrasi sosial warga binaan. Setelah menjalani masa hukuman, diharapkan mereka dapat kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik dan bermanfaat. Program ini juga menekankan pentingnya pembinaan mental untuk mencegah residivis dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif di dalam Lapas.
Pembinaan Mental untuk Reintegrasi Sosial
Program pembinaan kepribadian yang melibatkan psikolog ini dirancang untuk membantu warga binaan memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk kembali bermasyarakat. Konseling yang diberikan akan fokus pada peningkatan kesadaran akan kehidupan sosial dan pengembangan kepribadian yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan pemasyarakatan untuk merestorasi dan merehabilitasi warga binaan.
Kepala Lapas Baubau berharap, melalui program ini, warga binaan dapat memperoleh keterampilan dan pemahaman yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang lebih produktif dan bertanggung jawab setelah bebas. Dengan demikian, program ini tidak hanya berfokus pada hukuman, tetapi juga pada rehabilitasi dan reintegrasi sosial yang efektif.
Saat ini, Lapas Baubau menampung 526 orang, terdiri dari 122 tahanan dan 404 narapidana. Sosialisasi terkait pentingnya kesehatan mental telah dilaksanakan kepada perwakilan warga binaan. Pihak Lapas berkomitmen untuk memberikan layanan pembinaan yang menyeluruh, termasuk aspek kesehatan mental.
Jadwal Konseling dan Penanganan Khusus
Ketua Ikatan Psikologi Klinis HIMPSI Sultra wilayah Baubau, Rifka Retno Annisa, menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental warga binaan. Menurutnya, kesehatan mental yang baik sangat penting agar warga binaan dapat menjadi pribadi yang lebih baik setelah kembali ke masyarakat. "Ini untuk keseluruhan WBP jadwal konselingnya sebulan sekali, dan untuk WBP yang ditangani secara khusus akan dijadwalkan sesuai kebutuhannya," jelas Rifka.
Jadwal konseling rutin yang telah ditetapkan akan memberikan kesempatan kepada seluruh warga binaan untuk mendapatkan layanan konseling. Selain itu, terdapat juga layanan konseling khusus bagi warga binaan yang membutuhkan perhatian lebih intensif, sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing. Hal ini menunjukkan komitmen untuk memberikan dukungan yang personal dan terukur.
Kerja sama antara Lapas Baubau dan Ikatan Psikologi Klinis HIMPSI Sultra ini merupakan langkah positif dalam upaya pembinaan dan pemasyarakatan yang lebih humanis. Dengan memperhatikan aspek kesehatan mental, diharapkan proses reintegrasi sosial warga binaan dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.
Program ini juga diharapkan dapat mengurangi angka residivis dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif di dalam Lapas. Dengan memberikan perhatian pada kesehatan mental, diharapkan warga binaan dapat lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan di masyarakat setelah menjalani masa hukuman.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan tercipta sistem pemasyarakatan yang lebih komprehensif dan berfokus pada pembinaan manusia seutuhnya, bukan hanya hukuman semata. Dengan demikian, program ini menjadi contoh yang baik bagi lembaga pemasyarakatan lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas pembinaan warga binaan.