Lapas Kendari dan BNNP Sultra Berkolaborasi Berikan Terapi Rehabilitasi Narkoba kepada Napi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kendari bermitra dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Tenggara untuk memberikan terapi rehabilitasi narkoba kepada 50 narapidana pecandu narkotika.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), telah menjalin kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sultra dalam memberikan program terapi rehabilitasi narkoba kepada narapidana. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu para warga binaan yang terlibat kasus narkoba agar dapat pulih dan kembali ke masyarakat. Program ini melibatkan sekitar 50 narapidana yang telah dinilai memenuhi syarat setelah melalui asesmen oleh asesor BNN dan Lapas Kendari.
Kepala Lapas Kelas IIA Kendari, Herman Mulawarman, melalui Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Diklat (Kasi Bimnadik), Mustar Taro, menjelaskan bahwa terapi komunitas ini dirancang untuk memberikan pembinaan menyeluruh. Program ini meliputi berbagai kegiatan harian, termasuk salat berjamaah, bersih-bersih lingkungan, dan morning meeting. Morning meeting difokuskan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mendorong narapidana untuk saling mendukung.
"Sekarang itu ada kurang lebih 50 orang ini yang mengikuti kegiatan terapi comunity ini adalah hasil asesmen dari assesor BNN dan asesor Lapas Kendari. Hasil asesmen itu mereka memenuhi syarat untuk mengikuti kegiatan terapi comunity ini," jelas Mustar Taro. Program ini juga mencakup evaluasi harian oleh konselor dari Lapas Kendari dan BNNP Sultra untuk memantau perkembangan para narapidana dan mengidentifikasi perubahan perilaku yang terjadi.
Terapi Komunitas: Membangun Disiplin dan Kesadaran
Terapi komunitas di Lapas Kendari menekankan pada pembinaan disiplin dan kesadaran diri. Para narapidana diajarkan pentingnya kedisiplinan melalui kegiatan-kegiatan harian yang terjadwal. Morning meeting, misalnya, menjadi wadah bagi mereka untuk merefleksikan perilaku dan merencanakan kegiatan selanjutnya. Hal ini membantu membangun rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
"Tujuan Morning meeting ini adalah bagaimana mereka bisa menyampaikan hal-hal apa saja yang mereka sudah jalankan pada pagi hari ini, baik dari mulai salat subuh sampai sekarang ini. Selain itu, kegiatan morning meeting ini mereka menyampaikan kegiatan apa saja yang mereka jalankan dan akan dilaksanakan sebentar, bagaimana melatih rasa percaya diri warga binaan," ujar Mustar Taro. Sistem evaluasi harian memungkinkan konselor untuk memantau perkembangan setiap narapidana dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.
Evaluasi ini juga membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dan memberikan solusi yang tepat. Salah satu contoh dampak positifnya adalah peningkatan kesadaran diri para narapidana dalam mengakui kesalahan mereka, seperti terlambat bangun pagi, tanpa perlu adanya hukuman atau teguran keras. "Setiap hari kita evaluasi, kan ada konselor dari BNN dan Lapas, salah satu contoh dampaknya tadi ada dua orang yang terlambat bangun pagi, mereka degan kesadaran sendiri sistem yang sudah dibangun di dalam ini tanpa dikerasi, tanpa dimarahi mereka sadar sendiri mereka menyampaikan bahwa saya terlambat bangun pagi, saya terlambat mengikuti kegiatan," ungkap Mustar Taro.
Proses asesmen berkelanjutan akan menentukan kelanjutan program bagi setiap narapidana, berdasarkan indikator perubahan sikap dan inisiatif yang ditunjukkan.
BNNP Sultra: Pemulihan Fisik dan Psikis
Konselor BNNP Sultra, Asnon, menjelaskan bahwa kerjasama ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para narapidana tentang bahaya narkoba dan konsekuensi penyalahgunaan zat terlarang. Program ini tidak hanya fokus pada pemulihan fisik, tetapi juga aspek psikis.
"Jadi, kita perbaiki mereka, yang kita perbaiki itu bukan hanya fisiknya saja, melainkan juga psikisnya juga, ketika mereka di sini mereka paham kesalahannya mereka dan dampak-dampak narkoba, dan harapan kita itu ketika mereka keluar mereka sadar dan bisa berbaur lagi dengan masyarakat," ucap Asnon. Program ini juga menekankan pentingnya kekompakan dan saling mendukung di antara sesama narapidana.
Asnon menambahkan bahwa perubahan positif telah terlihat pada para narapidana, termasuk kesadaran akan kesalahan mereka dan keinginan untuk saling menguatkan. "Perubahannya mereka itu sudah Alhamdulillah, sudah tidak positif narkoba lagi, kemudian mereka sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah, dan mereka saling menguatkan, makanya salah satu materi kita itu ada pencegahan kekambuhan," tambah Asnon. Program ini diharapkan dapat membantu para narapidana untuk kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang produktif dan bebas dari narkoba.
Program terapi komunitas ini merupakan upaya nyata dalam mengatasi masalah narkoba di Sulawesi Tenggara, dengan pendekatan yang holistik dan berfokus pada pemulihan serta reintegrasi sosial para narapidana.