Mafindo Dorong Inklusi Digital untuk Lansia: Tak Ada yang Tertinggal di Era Digital
Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) berkomitmen mendorong inklusi digital bagi lansia melalui program literasi digital dan pendampingan, guna memastikan tak ada warga negara yang tertinggal di era digital.
Sleman, 7 Mei 2024 (ANTARA) - Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) menegaskan komitmennya untuk mendorong inklusi digital bagi kelompok lanjut usia (lansia) di tengah pesatnya transformasi digital. Hal ini disampaikan dalam peluncuran hasil survei 'Most Significant Changes' program Tular Nalar bertajuk 'Menyelamatkan Masa Tua di Linimasa' di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu lalu. Survei ini mengungkapkan bagaimana lansia beradaptasi dengan dunia digital dan tantangan yang mereka hadapi.
Presidium Mafindo, Syifaul Arifin, menekankan pentingnya inklusi digital bagi semua kalangan. "Prinsip no one is left behind harus dipegang teguh," ujarnya. Ia menambahkan bahwa lansia bukanlah kelompok pasif, melainkan individu yang aktif dan ingin berpartisipasi dalam dunia digital, berbagi cerita, dan tetap terhubung dengan masyarakat.
Survei tersebut menunjukkan bahwa meskipun mayoritas lansia masih mengandalkan media tradisional, semakin banyak yang mulai menjelajahi dunia digital berkat dukungan keluarga dan komunitas. Beberapa lansia bahkan telah aktif membagikan kisah dan pengalaman mereka di media sosial, menginspirasi banyak orang. Ini menunjukkan potensi besar lansia dalam memanfaatkan teknologi digital.
Tantangan dan Peluang Inklusi Digital Lansia
Meskipun terdapat kisah inspiratif, Syifaul Arifin mengakui adanya tantangan yang dihadapi lansia dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi digital. Rasa malu, kurang percaya diri, dan keterbatasan teknis masih menjadi kendala utama. Namun, semangat lansia untuk belajar tetap tinggi, terbukti dengan banyaknya lansia yang aktif mengikuti program literasi digital.
Program Manager Tular Nalar, Giri Lumakto, menjelaskan pendekatan Mafindo dalam program literasi digital untuk lansia. Mereka menyesuaikan metode pengajaran dengan karakteristik lansia dan bekerja sama dengan komunitas lokal, seperti Bengdi, untuk membantu pemetaan dan identifikasi sasaran. Hingga saat ini, program tersebut telah menjangkau lebih dari 200 lansia.
Giri Lumakto menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan memperkenalkan teknologi secara bertahap, mengaitkannya dengan pengalaman lansia dengan media tradisional seperti radio dan televisi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman dan familiar bagi lansia dalam berinteraksi dengan informasi digital. Ia juga menekankan bahwa literasi digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan dasar.
Mafindo berkomitmen untuk terus memperluas program literasi digital secara inklusif dan partisipatif. "Sebagaimana cita-cita bangsa sejak 1945, tidak boleh ada satu pun warga negara yang tertinggal, termasuk di dunia digital," tegas Giri Lumakto.
Dukungan dan Komitmen Bersama
Program Officer Tular Nalar, Dwitasari Teteki Bernadeta, menyatakan bahwa perhatian terhadap lansia dalam mengakses dunia digital bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Mafindo, melalui berbagai proyeknya, berkomitmen untuk terus mendampingi dan memberdayakan lansia dalam memanfaatkan teknologi digital.
Mafindo menyadari pentingnya peran lansia dalam masyarakat dan berkomitmen untuk memastikan mereka dapat berpartisipasi aktif dalam era digital. Dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, Mafindo berharap dapat membantu lansia mengatasi tantangan dan menikmati manfaat dari teknologi digital. Program ini menjadi contoh nyata komitmen untuk menciptakan masyarakat digital yang inklusif dan merata.
Keberhasilan program ini diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak untuk turut serta dalam upaya mendorong inklusi digital bagi lansia. Dengan demikian, tak ada lagi warga negara yang tertinggal di era digital yang terus berkembang pesat ini. Inklusi digital untuk lansia adalah investasi untuk masa depan bangsa yang lebih baik.