Menag: Teknologi Buktikan Kebenaran Ilmiah Al-Quran, Relevan di Era AI
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), semakin mengungkap kebenaran ilmiah Al-Quran, menekankan relevansi Al-Quran di era modern dan pentingnya menjaga harmoni dengan alam.
Jakarta, 18 Maret 2024 - Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, baru-baru ini menyampaikan pandangannya mengenai keterkaitan antara kemajuan teknologi dan kebenaran ilmiah yang terkandung dalam Al-Quran. Beliau menegaskan bahwa Al-Quran tetap relevan di segala zaman, bahkan semakin relevan di era teknologi canggih seperti saat ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Menag Nasaruddin Umar dalam Peringatan Nuzulul Quran Tingkat Kenegaraan di Kantor Kemenag, Jakarta. Acara yang bertajuk 'Merawat Kerukunan Umat dan Membangun Cinta Damai melalui Al Quran' ini dihadiri oleh tokoh nasional dan perwakilan negara sahabat. Menag menekankan bahwa Al-Quran tidak hanya memberikan kepuasan spiritual di masa Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memberikan kepuasan intelektual bagi masyarakat modern di era kecerdasan buatan (AI).
Menag juga memaparkan bagaimana kemajuan teknologi, khususnya AI, turut mengungkap keajaiban ilmiah Al-Quran. Beliau mencontohkan temuan ilmuwan William Brown yang menunjukkan bahwa dedaunan mengeluarkan getaran, dan rekaman getaran tersebut menggunakan AI menghasilkan pola bertuliskan 'Allah'. Hal ini, menurut Menag, menjadi bukti nyata bahwa seluruh alam semesta bertasbih kepada Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran.
Teknologi AI dan Kebenaran Ilmiah Al-Quran
Menag Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa penggunaan teknologi AI dalam penelitian ilmiah semakin memperkuat pemahaman akan kebenaran ilmiah yang terkandung dalam Al-Quran. Ia menekankan bahwa Al-Quran bukan hanya kitab suci, tetapi juga sumber pengetahuan yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Kemajuan teknologi, seperti AI, memberikan alat baru untuk meneliti dan memahami ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan fenomena alam.
Lebih lanjut, Menag menyinggung pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan, sesuai dengan konsep ekoteologi Islam. Beliau menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bagian dari ciptaan Allah SWT dan memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem. Konsep ini sejalan dengan ajaran Al-Quran yang menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Menag juga menambahkan bahwa pemahaman akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan ini dapat dikaji lebih lanjut melalui teknologi AI. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui teknologi ini dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan bagaimana kita dapat hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.
Aspek Feminim Allah SWT dalam Al-Quran
Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga membahas aspek lain dari Al-Quran, yaitu mengenai sifat-sifat Allah SWT. Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki dua aspek, yaitu The Lord yang maskulin dan perkasa, serta The God (Rabbun) yang penuh kasih dan pemeliharaan. Menariknya, sekitar 80 persen dari 99 Asmaul Husna memiliki sifat feminim, seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang sering disebut dalam Al-Quran.
Menurut Menag, hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT lebih menonjol sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini menjadi pesan penting dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, yaitu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Pesan ini relevan dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan toleransi, saling menghargai, dan membangun kerukunan.
Menag menyimpulkan bahwa jika seluruh ayat Al-Quran diringkas menjadi satu kata, kata tersebut adalah "cinta". Oleh karena itu, beliau menekankan pentingnya memperkenalkan Islam dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, sesuai dengan esensi ajarannya.
Kesimpulannya, Menag Nasaruddin Umar mengajak seluruh umat untuk terus menggali dan memahami Al-Quran dengan pendekatan ilmiah dan teknologi modern. Al-Quran, menurut beliau, tetap relevan dan akan selalu memberikan panduan bagi kehidupan manusia di setiap zaman.