Mendukbangga Paparkan Tantangan dan Peluang Bonus Demografi Indonesia
Menteri Wihaji memaparkan tantangan bonus demografi Indonesia di depan para pimred, menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, partisipasi perempuan, dan pengendalian kelahiran untuk meraih peluang emas ini.
Jakarta, 19 Maret 2024 - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, baru-baru ini memaparkan tantangan dan peluang bonus demografi Indonesia dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin redaksi (pimred) media nasional. Pertemuan tersebut membahas bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan momentum demografis ini untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial.
Saat ini, sekitar 70,72 persen penduduk Indonesia berusia produktif. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana Indonesia dapat mengoptimalkan potensi besar ini. Mendukbangga menekankan pentingnya memastikan bahwa penduduk usia produktif memiliki kualitas yang baik, sehingga mampu berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan bangsa. "Saat ini, 70,72 persen penduduk Indonesia berusia produktif. Pertanyaannya, akan kita apakan mereka? Untuk itu, kita harus bisa memastikan bahwa yang usia produktif ini harus berkualitas, itu tugas kita sebagai Kemendukbangga/BKKBN, menciptakan masyarakat yang mandiri, tenteram dan bahagia," ujar Menteri Hasto.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dari total 270,20 juta penduduk Indonesia, 68,62 persen berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Generasi Milenial (1981-1996) mencakup 25,87 persen, sementara Generasi Z (1997-2012) mencapai 27,94 persen. Angka ini menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki Indonesia, namun juga menyoroti tantangan yang harus diatasi untuk memanfaatkan bonus demografi secara efektif.
Menghadapi Tantangan Bonus Demografi
Menteri Hasto memaparkan beberapa faktor kunci keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi. Pertama, pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan menjadi sangat krusial. Kedua, peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya dengan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pasar kerja, perlu mendapat perhatian serius. Ketiga, penciptaan lapangan kerja yang memadai untuk menyerap tenaga kerja produktif merupakan tantangan besar yang harus diatasi.
Selain itu, pembangunan jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda untuk menciptakan lapangan kerja baru juga penting. Pemerintah juga harus konsisten dalam menurunkan angka kelahiran dan mengendalikan pertumbuhan penduduk agar bonus demografi dapat dinikmati secara optimal. "Kemudian, membangun semangat wirausaha di kalangan pemuda yang dapat menciptakan lapangan kerja, dan konsisten dalam menurunkan angka kelahiran dan pengendalian pertumbuhan populasi," tegas Menteri Hasto.
Partisipasi perempuan dalam pasar kerja menjadi fokus utama. Program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) digagas untuk mendukung hal ini. Program ini berupaya menyediakan tempat penitipan anak (daycare) berkualitas, sehingga para ibu dapat lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.
Strategi Mendukbangga dalam Optimalisasi Bonus Demografi
Kemendukbangga/BKKBN telah menetapkan lima program percepatan atau 'quick wins' untuk mengoptimalkan bonus demografi. Program-program tersebut antara lain:
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting)
- Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya)
- Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI)
- Aplikasi super berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk konsultasi keluarga
- SIDAYA (Lansia Berdaya)
Program-program ini dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan dan memaksimalkan potensi bonus demografi. Salah satu contohnya adalah program Tamasya yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.
Pengendalian angka kelahiran melalui program keluarga berencana (KB) juga menjadi bagian penting dari strategi ini. Penggunaan alat kontrasepsi yang tepat dan efektif menjadi kunci keberhasilan program KB.
Peran Media Massa
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Hasto juga menekankan peran penting media massa dalam menyebarluaskan informasi terkait kependudukan dan pembangunan keluarga. Media diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat dan mendorong partisipasi aktif dalam program-program yang telah dirancang.
Dengan memanfaatkan momentum bonus demografi secara bijak, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial yang signifikan. Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada upaya bersama pemerintah, masyarakat, dan media massa dalam mengatasi berbagai tantangan yang ada.