Mentri Pertanian Siapkan 10 Ribu Bibit Kedelai Unggul untuk Tingkatkan Produksi
Mentri Pertanian Andi Amran Sulaiman menginisiasi program peningkatan produksi kedelai nasional dengan menyiapkan 10 ribu bibit unggul guna mengatasi ketergantungan impor dan menstabilkan harga kedelai di pasaran.
Jakarta, 27 April 2025 - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengumumkan inisiatif strategis untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dampak kenaikan harga kedelai impor dari Amerika Serikat yang telah berimbas pada para pengusaha tempe yang terpaksa mengurangi ukuran produk mereka. Program ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan memenuhi kebutuhan industri domestik.
Sebagai solusi, Mentri Sulaiman telah menyiapkan 10 ribu bibit kedelai unggul untuk diujicoba pada tahun ini. "Kami akan memulai uji coba tahun ini. Kami meminta 10 ribu bibit kedelai untuk dipantau," ujar Menteri Sulaiman dalam sebuah acara pada Sabtu (26 April).
Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas hingga tiga ton per hektar. Sukses program ini akan menjadi kunci dalam upaya mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor kedelai. Program ini juga mendapat dukungan dari Presiden Prabowo Subianto yang menekankan percepatan produksi pangan nasional, termasuk kedelai dan gandum, melalui langkah-langkah konkret dan sistem pertanian modern berbasis hasil, demikian disampaikan Mentri Sulaiman.
Peningkatan Produksi Kedelai Nasional
Program pengembangan 10 ribu bibit kedelai unggul ini akan dipantau secara ketat menggunakan sistem baru dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Mentri Sulaiman menegaskan komitmennya untuk mengawasi seluruh proses guna memastikan tercapainya target produksi. Meskipun lokasi penanaman belum dirinci, pengawasan yang ketat akan diterapkan untuk menjamin keberhasilan program ini.
Mentri Sulaiman menjelaskan bahwa selama 100 hari pertama masa kerjanya, fokus utama adalah mengatasi krisis pasokan jagung dan beras. Kini, perhatian dialihkan untuk mempercepat pengembangan kedelai dan komoditas strategis lainnya seperti gandum. Harapannya, program pengembangan kedelai ini akan berjalan secara besar-besaran untuk menekan ketergantungan pada impor kedelai.
Langkah ini merupakan respons langsung terhadap keluhan para pengusaha tempe yang terpaksa mengurangi ukuran produk mereka akibat harga bahan baku yang relatif mahal. Dengan meningkatkan produksi dalam negeri, diharapkan harga kedelai dapat lebih stabil dan terjangkau.
Harga Kedelai di Pasar
Berdasarkan pemantauan Tim Panel Harga Badan Pangan Nasional pada Minggu (27 April), harga rata-rata kedelai kering impor di tingkat konsumen nasional mencapai Rp10.773 per kilogram (sekitar US$0.62) pada 26 April 2025. Angka ini tidak jauh berbeda dari harga sehari sebelumnya, yaitu Rp10.766 per kilogram.
Program pengembangan kedelai ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya bagi para petani dan pelaku usaha di sektor pertanian. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi dampak fluktuasi harga di pasar internasional.
Keberhasilan program ini akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk pemilihan lokasi penanaman yang tepat, penggunaan teknologi pertanian modern, dan pengawasan yang efektif. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung penuh program ini agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan.