Menyikapi Maraknya Kecurangan Akademik: Mendikdasmen Siap Perbaiki Sistem Pembelajaran
Mendikdasmen, Abdul Mu'ti, umumkan rencana perbaikan sistem pembelajaran untuk mengatasi masalah menyontek yang masih tinggi di sekolah dan kampus Indonesia, dengan fokus pada pendidikan karakter dan pendekatan *deep learning*.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyatakan kesiapannya untuk melakukan perbaikan menyeluruh terhadap sistem dan pendekatan pembelajaran di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai respons atas tingginya angka kecurangan akademik, khususnya menyontek, yang masih menjadi masalah serius di sekolah dan perguruan tinggi.
Pernyataan tersebut disampaikan Mendikdasmen Mu'ti dalam konferensi pers Peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2024 & Penandatanganan Komitmen Bersama Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Jakarta, Kamis (24/4). Beliau menekankan perlunya perubahan mendasar dalam orientasi pendidikan, agar tidak hanya berfokus pada pencapaian nilai semata, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai integritas.
Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan fakta mengejutkan. Hasil survei mengungkapkan bahwa kasus menyontek masih ditemukan di 78 persen sekolah dan 98 persen kampus di Indonesia. Angka ini menunjukkan betapa luasnya permasalahan kecurangan akademik yang perlu ditangani secara serius dan komprehensif.
Perbaikan Sistem Pembelajaran dan Pendekatan *Deep Learning*
Mendikdasmen Mu'ti menjelaskan bahwa perbaikan sistem pembelajaran akan dimulai dengan penerapan pendekatan *deep learning* pada tahun ajaran 2025/2026. Pendekatan ini akan menekankan pada proses pemahaman mendalam (meaning) terhadap materi pelajaran, sehingga dapat diimplementasikan dalam perilaku (behaving) sehari-hari.
"Kami berusaha untuk memperbaiki bagaimana agar pembelajaran tidak sekedar menjadi proses *transfer of knowledge* yang menekankan pada aspek *knowing*," ujar Mendikdasmen Mu'ti. Hal ini menunjukkan komitmen Kemendikbudristek untuk mengubah paradigma pembelajaran yang selama ini lebih berorientasi pada hafalan dan pengulangan materi.
Penerapan *deep learning* diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar, memahami konsep dengan lebih baik, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi angka kecurangan akademik, karena siswa akan lebih termotivasi untuk memahami materi daripada sekadar menghafalnya untuk mendapatkan nilai tinggi.
Selain *deep learning*, Kemendikbudristek juga akan meningkatkan pelatihan guru dengan penekanan pada penguatan pendidikan nilai dan bimbingan konseling bagi siswa. Hal ini bertujuan untuk membangun karakter siswa yang jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas.
Penguatan Pendidikan Nilai dan Karakter
Salah satu fokus utama perbaikan sistem pembelajaran adalah penguatan pendidikan nilai dan karakter. Mendikdasmen Mu'ti menjelaskan bahwa pihaknya telah mulai menerapkan perubahan orientasi pendidikan ini dalam pelatihan guru. Pelatihan tersebut kini lebih menitikberatkan pada cara menguatkan pendidikan nilai dan bimbingan konseling bagi para murid.
Dengan memperkuat pendidikan karakter, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya kejujuran akademik dan menghindari kecurangan. Bimbingan konseling juga berperan penting dalam membantu siswa mengatasi tekanan akademik dan membangun kepercayaan diri, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk menyontek.
Penguatan pendidikan nilai dan karakter ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah dan guru, tetapi juga peran orang tua dan masyarakat. Kerja sama yang erat antara berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung terciptanya integritas akademik.
Hasil SPI Pendidikan 2024 juga menunjukkan adanya kasus plagiarisme di kampus (43 persen) dan sekolah (6 persen). Meskipun angka plagiarisme lebih rendah dibandingkan menyontek, hal ini tetap menjadi perhatian serius dan perlu diatasi dengan strategi yang tepat.
Kesimpulan
Upaya Kemendikbudristek dalam memperbaiki sistem pembelajaran dan menekankan pada penguatan pendidikan nilai dan karakter merupakan langkah penting dalam mengatasi maraknya budaya menyontek di Indonesia. Penerapan pendekatan *deep learning* dan pelatihan guru yang lebih komprehensif diharapkan dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia dan menghasilkan generasi muda yang berintegritas dan jujur.