Mesir Pimpin Rekonstruksi Gaza, Kerja Sama Palestina & Dukungan Internasional
Mesir memimpin rencana rekonstruksi Gaza dengan koordinasi Palestina, negara Arab, dan dukungan internasional, menolak rencana pemukiman kembali ala Trump yang dianggap sebagai pembersihan etnis.
Kairo, 17 Februari 2024 - Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengumumkan rencana besar rekonstruksi Gaza yang melibatkan kerja sama erat dengan pihak Palestina dan negara-negara Arab, serta dukungan signifikan dari komunitas internasional. Pengumuman penting ini disampaikan Abdelatty pada Minggu (16 Februari) saat bertemu delegasi Kongres AS di Kairo, dipimpin Wakil Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, Darrell Issa.
Kerja Sama Regional dan Internasional untuk Rekonstruksi Gaza
Kementerian Luar Negeri Mesir menjelaskan bahwa rencana rekonstruksi Gaza yang dirancang Mesir ini bersifat komprehensif dan bertahap. Tujuan utamanya adalah pemulihan dan pembangunan kembali Gaza secara menyeluruh, memastikan warga Palestina tetap dapat tinggal di tanah air mereka. Rencana ini secara khusus dirancang untuk menanggapi situasi darurat kemanusiaan di Gaza dan mencegah krisis lebih lanjut.
Inisiatif Mesir ini muncul sebagai penolakan tegas terhadap usulan Presiden Amerika Serikat (sebelumnya) Donald Trump yang kontroversial. Trump pernah menyerukan pengambilalihan Gaza dan pemukiman kembali penduduknya untuk menciptakan apa yang disebutnya "Riviera Timur Tengah." Usulan ini mendapat kecaman luas dari dunia Arab dan internasional karena dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis.
Abdelatty menekankan bahwa visi Mesir untuk rekonstruksi Gaza dibangun atas dasar koordinasi yang kuat dengan Otoritas Palestina, negara-negara Arab dan Islam, serta komunitas internasional. Hal ini menjamin rencana tersebut sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan rakyat Palestina, serta mendapatkan dukungan internasional yang luas.
Mencari Solusi Politik Konflik Palestina-Israel
Selain fokus pada rekonstruksi fisik, Mesir juga menekankan pentingnya solusi politik untuk konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung lama. Abdelatty menyatakan perlunya "horizon politik" untuk mengakhiri siklus kekerasan dan mencapai perdamaian berkelanjutan. Mesir konsisten mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka dan bersatu, mencakup Tepi Barat dan Gaza, berdasarkan solusi dua negara.
Konflik berkelanjutan ini telah menimbulkan penderitaan besar bagi rakyat Palestina. Pendudukan wilayah Palestina oleh Israel selama beberapa dekade, penolakan Israel untuk mundur, dan penolakan pengakuan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota dalam batas pra-1967, menjadi penghalang utama perdamaian.
Dukungan AS dan Bantuan Kemanusiaan
Abdelatty menyampaikan harapan Mesir agar AS terus berperan aktif dalam implementasi perjanjian gencatan senjata Gaza dan memastikan semua pihak memenuhi komitmennya. Dukungan AS sangat penting untuk keberhasilan rekonstruksi Gaza dan penyelesaian konflik secara keseluruhan. Keberhasilan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak yang terlibat.
Selain itu, Abdelatty juga menyerukan percepatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kondisi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan, dan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan memadai sangat dibutuhkan untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina. Bantuan ini harus sampai kepada mereka yang membutuhkannya dengan cepat dan efisien.
Inisiatif Mesir ini menunjukkan komitmen kuat terhadap perdamaian dan pembangunan di kawasan tersebut. Kerja sama regional dan internasional yang kuat sangat penting untuk memastikan keberhasilan rekonstruksi Gaza dan tercapainya solusi politik yang adil dan berkelanjutan untuk konflik Palestina-Israel.