MPR Tekankan Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Integritas Generasi Muda
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyoroti penurunan skor integritas pendidikan dan mendorong pendidikan karakter untuk mempersiapkan generasi bangsa menghadapi tantangan masa depan.
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, atau yang akrab disapa Rerie, baru-baru ini menyampaikan keprihatinannya terkait rendahnya nilai integritas di sektor pendidikan Indonesia. Pernyataan ini disampaikan dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Selasa, 29 April. Rerie menekankan pentingnya pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai integritas kepada generasi muda sebagai bekal menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks.
Hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan tahun 2024 menunjukkan penurunan skor dari 73,7 menjadi 69,50. Data ini mengungkap fakta mengejutkan: 78 persen sekolah dan 98 persen kampus masih menghadapi masalah menyontek. Lebih memprihatinkan lagi, 30 persen guru atau dosen dan 18 persen pimpinan satuan pendidikan menganggap gratifikasi dari siswa atau wali murid sebagai hal yang biasa. Temuan ini menjadi sorotan utama dalam upaya membangun karakter bangsa.
Rerie menegaskan bahwa sektor pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berintegritas. Kemampuan menghadapi tantangan masa depan sangat bergantung pada karakter dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk mengatasi permasalahan integritas yang terungkap dalam survei tersebut.
Menanamkan Nilai Integritas di Sekolah dan Kampus
Menurut Rerie, nilai-nilai integritas seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kesederhanaan, dan keadilan harus menjadi pondasi pendidikan karakter di Indonesia. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menindaklanjuti hasil survei SPI Pendidikan 2024 dengan langkah-langkah nyata dan terukur. Tidak hanya sebatas wacana, implementasi di lapangan harus segera dilakukan untuk memastikan generasi penerus bangsa memiliki bekal yang cukup menghadapi masa depan.
Salah satu poin penting yang diangkat Rerie adalah pentingnya memberi contoh atau teladan dalam menerapkan nilai-nilai integritas. Para penyelenggara pendidikan, mulai dari guru, dosen, hingga pimpinan satuan pendidikan, harus menjadi role model bagi peserta didik. Dengan demikian, nilai-nilai integritas tidak hanya diajarkan secara teoritis, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pendidikan.
Penegakan nilai-nilai integritas, menurut Rerie, harus menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap individu memiliki kemampuan menghadapi beragam tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem pendidikan yang kuat dan berintegritas akan menghasilkan generasi penerus yang mampu membangun Indonesia yang lebih baik.
Tantangan dan Solusi Menuju Pendidikan Berintegritas
Survei SPI Pendidikan 2024 mengungkap sejumlah tantangan serius dalam upaya membangun integritas di lingkungan pendidikan. Tingginya angka kasus menyontek, baik di sekolah maupun kampus, menunjukkan lemahnya komitmen terhadap kejujuran akademik. Sementara itu, penerimaan gratifikasi yang dianggap lumrah oleh sebagian guru dan dosen menunjukkan adanya masalah etika dan moral yang perlu segera ditangani.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan multipihak yang melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, dan masyarakat. Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan memberikan sanksi tegas terhadap pelanggaran integritas. Lembaga pendidikan harus meningkatkan pengawasan dan memberikan pendidikan karakter yang lebih komprehensif.
Peran orang tua juga sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai integritas kepada anak sejak dini. Pendidikan di rumah harus selaras dengan pendidikan di sekolah, sehingga tercipta sinergi yang kuat dalam membentuk karakter anak. Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mendukung upaya membangun integritas di lingkungan pendidikan.
Selain itu, perlu adanya evaluasi dan perbaikan berkelanjutan terhadap kurikulum dan metode pembelajaran. Kurikulum harus dirancang agar dapat menanamkan nilai-nilai integritas secara efektif dan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran. Metode pembelajaran yang inovatif dan partisipatif juga perlu diterapkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai integritas oleh peserta didik.
Kesimpulan
Peningkatan integritas di sektor pendidikan merupakan kunci untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia yang tangguh dan siap menghadapi masa depan. Peran serta semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, dan masyarakat, sangat penting dalam mewujudkan pendidikan yang berintegritas. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, diharapkan Indonesia dapat mencetak generasi penerus yang berkarakter, jujur, dan bertanggung jawab.