NTT Dukung Kolaborasi Basmi Rabies: Kerja Sama Lintas Sektor Jadi Kunci
Pemerintah Provinsi NTT mendukung penuh kolaborasi lintas sektor untuk memberantas rabies yang telah endemik selama 28 tahun, dengan fokus edukasi dan kesejahteraan hewan.
Kupang, NTT (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan dukungan penuh terhadap aksi kolaborasi lintas pihak dalam upaya penanganan kasus rabies di provinsi berbasis kepulauan ini. Hal ini disampaikan menyusul peluncuran program "Bersatu Melawan Rabies: Bersama untuk Kesejahteraan Hewan" oleh Yayasan JAAN Domestic di Kupang, Senin malam (17/3).
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Flori Rita Wuisan, menekankan pentingnya sinergi dan kerja sama dalam mengatasi masalah rabies yang telah berlangsung selama 28 tahun. Menurutnya, keterlibatan semua pihak sangat krusial untuk mencapai hasil yang efektif dan terukur dalam memberantas penyakit ini. "Penanganan kasus rabies di wilayah NTT perlu sinergi dan kerja sama lintas pihak demi mencapai hasil yang terukur dan efektif," ujar Flori.
Flori menambahkan bahwa meskipun kebijakan dan regulasi pemerintah telah ada, edukasi berkelanjutan dan kesadaran masyarakat tetap menjadi kunci keberhasilan. Adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) di beberapa kabupaten di NTT menjadi alarm yang harus direspon serius oleh semua pihak. Komitmen dan kerja keras bersama dibutuhkan untuk menuntaskan masalah rabies dalam 2-3 tahun ke depan.
Kerja Sama Pemprov NTT dan JAAN Domestic
Pemprov NTT menyambut baik program kolaborasi yang diinisiasi oleh Yayasan JAAN Domestic. "Edukasi masyarakat tentang pencegahan rabies dan kesejahteraan hewan adalah kunci untuk memastikan masa depan yang lebih sehat. Kami mendukung penuh program transformatif dan kemitraan bersama ini," tegas Flori. Dukungan ini mencakup program edukasi dan peningkatan kesejahteraan hewan sebagai strategi kunci dalam pengendalian rabies.
CEO JAAN Domestic, Karin Franken, menjelaskan bahwa program "Bersatu Melawan Rabies" berorientasi pada edukasi dan pengendalian rabies melalui pendekatan kesejahteraan hewan. Ia melihat potensi pariwisata NTT sebagai faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pencegahan dan pengendalian rabies. "Saat ini, NTT menjadi tujuan wisata yang sangat populer, sehingga pencegahan serta pengendalian rabies menjadi prioritas bersama dan lebih dioptimalkan lagi. Kami optimis melalui program ini kita mampu memastikan keselamatan dan kesejahteraan penduduk maupun pengunjung," kata Karin.
Program percontohan akan dijalankan di tiga wilayah yang direkomendasikan oleh Pemprov NTT, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Belu, dan Kabupaten Manggarai Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan epidemiologi dan aksesibilitas program.
Strategi Pengendalian Rabies
Strategi pengendalian rabies yang diusung dalam kolaborasi ini menekankan pentingnya edukasi masyarakat. Edukasi akan difokuskan pada pencegahan gigitan hewan penular rabies (HPR), penanganan gigitan HPR, serta pentingnya vaksinasi hewan peliharaan. Selain itu, program ini juga akan meningkatkan kesejahteraan hewan melalui program sterilisasi dan vaksinasi massal untuk hewan peliharaan.
Pendekatan kesejahteraan hewan dianggap penting karena hewan yang terawat dengan baik cenderung lebih sehat dan memiliki risiko lebih rendah untuk menularkan rabies. Program ini juga akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, petugas kesehatan hewan, dan masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam upaya memberantas rabies di NTT.
Dengan menggabungkan upaya edukasi, peningkatan kesejahteraan hewan, dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan program ini dapat memberikan dampak signifikan dalam mengurangi kasus rabies di NTT. Suksesnya program ini akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia yang masih menghadapi masalah serupa.
Langkah-langkah konkrit yang akan dilakukan meliputi:
- Kampanye edukasi publik tentang pencegahan dan pengendalian rabies.
- Vaksinasi massal hewan peliharaan.
- Sterilisasi hewan peliharaan untuk mengendalikan populasi.
- Peningkatan akses layanan kesehatan hewan.
- Pemantauan dan pelaporan kasus rabies.
Dengan komitmen dan kerja keras bersama, diharapkan NTT dapat terbebas dari wabah rabies dalam waktu dekat. Kolaborasi ini menjadi bukti nyata bahwa penanganan masalah kesehatan masyarakat membutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.