Panen Raya Ikan Dingkis Jelang Imlek di Batam: Rezeki Nelayan Tembus Puluhan Juta
Menjelang Imlek 2025, nelayan di Belakangpadang, Batam, ramai-ramai memanen ikan dingkis, yang harganya meroket hingga ratusan ribu rupiah per kilogram, menghasilkan pendapatan hingga puluhan juta rupiah per hari.
Suasana tenang menyelimuti perairan Pulau Pecong, Batam, di tengah cuaca cerah. Namun, ketenangan ini menyimpan cerita menarik: para nelayan bersiap untuk panen raya ikan dingkis, komoditas yang sangat diburu menjelang perayaan Imlek di Kepri dan Singapura. Imlek 2025 jatuh pada tanggal 29 Januari, dan para nelayan Batam berharap panen berlimpah menyambut perayaan tersebut.
Tradisi Mencari Rezeki di Laut
Jauh sebelum hari H, para nelayan di Kecamatan Belakangpadang telah mempersiapkan diri. Dengan alat tradisional seperti bubu, jaring, dan kelong (perangkap ikan), mereka bekerja keras. Di atas kelong, tenda-tenda kecil berjejer sebagai tempat berteduh dari terik matahari. Mereka memanfaatkan surutnya air laut untuk memeriksa bubu, perangkap dari jaring yang dilapisi cat antikarat.
Win, salah satu nelayan, menjelaskan pentingnya air jernih agar ikan dingkis masuk perangkap. Prosesnya pun tak instan; kelong dibiarkan terpasang beberapa pekan untuk memastikan ikan masuk. Saat panen tiba, nelayan menyelam memeriksa dan menarik bubu berisi ikan dingkis.
Harga Selangit Jelang Imlek
Jelang Imlek, harga ikan dingkis melambung tinggi. Harga normal Rp40.000 - Rp50.000/kg bisa mencapai Rp220.000/kg, bahkan hingga Rp300.000/kg untuk ikan besar berisi telur. Tingginya permintaan didorong tradisi masyarakat Tionghoa yang menjadikan ikan dingkis hidangan wajib Imlek, baik dikukus maupun dipanggang.
Permintaan tinggi dari Batam dan Singapura membuat para pengepul sigap. Ikan dingkis memiliki nilai ekonomi besar bagi nelayan. Dalam sehari, mereka bisa mendapatkan belasan hingga puluhan kilogram, setara jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Latif, seorang nelayan, misalnya, berhasil menjual 5 kg ikan dingkis seharga Rp1,7 juta!
Dukungan Pemerintah dan Kelestarian
Kesuksesan panen ini tak lepas dari peran Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Perikanan. Kepala Dinas Perikanan, Yudi Admajianto, mengatakan pihaknya memberikan bantuan alat tangkap, mesin tempel, dan bubu. Bantuan ini tak hanya untuk ikan dingkis, tapi juga jenis ikan lainnya. Kerjasama dengan balai karantina ikan juga menjamin kualitas ekspor, terutama ke Singapura.
Data Dinas Perikanan menunjukkan panen besar pada Imlek 2024: 23 ton di Februari dan 1901,4 ton di Maret (periode “dingkis balik”). Pendataan dilakukan lewat pengepul di Pulau Siali, pusat distribusi hasil tangkapan dari berbagai pulau. Dengan permintaan tinggi dan pengelolaan berkelanjutan, potensi ekonomi ikan dingkis di Belakangpadang sangat menjanjikan.
Tradisi yang Terus Berlanjut
Panen ikan dingkis di Belakangpadang sudah berlangsung puluhan tahun, menjadi bagian integral kehidupan masyarakat. Meskipun panen hanya 3-4 kali setahun, menunggu ikan dingkis datang secara alami, tradisi ini terus lestari. Nelayan setempat tidak menangkap secara aktif, melainkan menunggu kedatangan ikan sesuai arus laut. Meskipun penuh tantangan, dengan dukungan pemerintah dan kerjasama nelayan, tradisi ini diharapkan tetap berlanjut, menjaga kesejahteraan masyarakat pesisir Batam.