Papua Cegah ASF: 500 Liter Disinfektan Dikirim ke Nabire
BBKHIT Papua dan Balai Veteriner Jayapura kirim 500 liter disinfektan ke Nabire untuk mencegah penyebaran African Swine Fever (ASF) yang mengancam populasi babi dan ekonomi masyarakat Papua.
Timika, 15 Februari 2024 - Dalam upaya mencegah penyebaran African Swine Fever (ASF) di Papua, Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BBKHIT) Papua berkolaborasi dengan Balai Veteriner Jayapura mengirimkan 500 liter disinfektan ke Nabire, Papua Tengah. Langkah ini menjadi fokus utama mengingat pentingnya melindungi populasi babi di daerah tersebut.
Upaya Pencegahan ASF di Papua
Kepala BBKHIT Papua, Lutfie Natsir, menjelaskan pentingnya kolaborasi antar instansi dalam mencegah penyebaran ASF. Penyaluran disinfektan merupakan salah satu bentuk nyata dari kerjasama tersebut. "Selain itu," kata Natsir dalam siaran pers, "kunci pencegahan ASF juga terletak pada pengawasan lalu lintas hewan, penerapan biosekuriti yang ketat, dan edukasi kepada masyarakat." Pentingnya edukasi masyarakat menjadi sorotan utama dalam strategi pencegahan ini.
Natsir menekankan bahwa pencegahan ASF di Papua sangat krusial. Babi bukan hanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ternak, tetapi juga memegang peranan penting dalam budaya masyarakat Papua. "Babi juga termasuk hewan sakral yang sering digunakan dalam acara adat dan hari-hari besar," ujarnya. Oleh karena itu, melindungi populasi babi berarti juga melindungi aspek budaya dan tradisi masyarakat.
Ancaman ASF dan Langkah Antisipasi
Data dari BBKHIT Papua menunjukkan bahwa lebih dari 15.000 babi masuk ke Papua pada tahun 2024. Angka ini didapatkan dari jumlah sertifikasi yang dilakukan oleh BBKHIT Papua. Jumlah tersebut menunjukkan tingginya potensi penyebaran ASF jika tidak diantisipasi dengan serius. Oleh karena itu, kolaborasi dan penguatan pengawasan menjadi sangat penting.
ASF sangat mudah menular. Penularan dapat terjadi melalui berbagai media, termasuk alat-alat, kandang, petugas kandang yang terkontaminasi, bahkan dari sisa makanan babi yang terinfeksi. Sifat penularan ASF yang mudah ini meningkatkan urgensi untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan yang efektif dan menyeluruh.
"Masyarakat harus sama-sama peduli terhadap pencegahan penyebaran ASF," tegas Natsir. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan dan menerapkan biosekuriti sangat penting untuk keberhasilan upaya pencegahan ini. Kesadaran kolektif masyarakat menjadi kunci utama dalam melindungi populasi babi di Papua.
Kesimpulan
Pengiriman 500 liter disinfektan ke Nabire merupakan langkah awal yang penting dalam upaya pencegahan ASF di Papua. Kolaborasi antar instansi, pengawasan ketat lalu lintas hewan, penerapan biosekuriti, dan edukasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam melindungi populasi babi dan menjaga perekonomian serta budaya masyarakat Papua. Partisipasi seluruh pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, sangat diperlukan untuk menanggulangi ancaman ASF ini.