Partisipasi Pria dalam Program KB di Cirebon Masih Rendah
Rendahnya partisipasi pria dalam program KB di Cirebon menjadi tantangan utama, meskipun sosialisasi terus dilakukan, ungkap Kepala Bidang KBK3 DPPKBP3A Kabupaten Cirebon.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengungkapkan rendahnya partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana (KB). Meskipun upaya sosialisasi terus dilakukan, angka partisipasi pria masih sangat minim. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang KBK3 DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Yati Fironike, pada Senin, 05 Mei 2024 di Cirebon.
Sejak tahun 2022 hingga saat ini, hanya 18 pria di Kabupaten Cirebon yang menjalani program KB dengan prosedur vasektomi. Angka ini jauh dari target dan mencerminkan rendahnya kesadaran kolektif tentang pentingnya peran pria dalam perencanaan keluarga. "Target partisipasi pria dalam KB setiap tahunnya hanya dua orang. Namun tahun ini cukup menggembirakan karena sudah ada delapan pria yang melakukan vasektomi," kata Yati Fironike.
Rendahnya angka ini menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan program KB di Cirebon. Program KB yang idealnya merupakan tanggung jawab bersama suami dan istri, masih dipandang sebagai tanggung jawab perempuan semata. Anggapan ini menjadi hambatan utama partisipasi pria dalam program KB.
Rendahnya Kesadaran dan Tantangan Sosialisasi
Minimnya keterlibatan pria dalam program KB disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah anggapan bahwa KB merupakan urusan perempuan. Hal ini menyebabkan banyak pria enggan berpartisipasi. Padahal, tidak semua perempuan dapat menggunakan alat kontrasepsi karena faktor kesehatan, seperti hipertensi atau gangguan hormonal. "Kaum pria harus mulai ambil bagian. Misalnya dengan vasektomi merupakan metode kontrasepsi yang aman, efektif, dan tidak mengganggu fungsi seksual," jelas Yati.
Vasektomi merupakan metode kontrasepsi yang memiliki tingkat keberhasilan sekitar 99 persen. Prosedur ini dinilai praktis dan minim risiko. Dengan meningkatnya peran pria dalam KB, beban fisik dan psikologis yang selama ini lebih banyak dipikul perempuan dalam pengaturan kehamilan dapat berkurang. "Perencanaan keluarga bukan hanya untuk mencegah kehamilan, tapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga, terutama dalam aspek kesehatan ibu dan anak," tambahnya.
DPPKBP3A Kabupaten Cirebon juga menyarankan usia ideal untuk melahirkan berada di rentang 20 hingga 35 tahun. Rentang usia ini dapat mengurangi risiko kehamilan bermasalah, baik bagi ibu maupun bayi. Upaya edukasi dan komitmen dari kedua belah pihak menjadi kunci keberhasilan program KB ke depan.
Upaya Peningkatan Partisipasi Pria
DPPKBP3A Kabupaten Cirebon terus berupaya meningkatkan partisipasi pria dalam program KB melalui berbagai strategi. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran pria dalam perencanaan keluarga terus digencarkan. Selain itu, upaya untuk menghilangkan stigma negatif terhadap vasektomi juga dilakukan.
Pemerintah Kabupaten Cirebon juga berencana untuk meningkatkan akses layanan vasektomi agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat dan tokoh agama, juga dilakukan untuk mendukung program ini. Harapannya, partisipasi pria dalam program KB dapat meningkat signifikan di masa mendatang.
Peningkatan partisipasi pria dalam program KB tidak hanya akan berdampak pada penurunan angka kelahiran, tetapi juga pada peningkatan kesehatan reproduksi keluarga secara keseluruhan. Dengan peran aktif pria, perencanaan keluarga dapat lebih optimal dan terencana dengan baik.
Kesimpulannya, rendahnya partisipasi pria dalam program KB di Cirebon menjadi perhatian serius. Upaya edukasi dan sosialisasi yang intensif, serta dukungan dari berbagai pihak, sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi pria dalam program KB demi mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.