Pentingnya Pedagogi Hibrida: Guru dituntut Menguasai Teknologi untuk Hadapi Era Digital
Kemenko PMK menekankan pentingnya guru menguasai pedagogi hibrida, menggabungkan metode pembelajaran tradisional dan digital untuk siapkan siswa hadapi persaingan di era digital.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya guru menguasai pedagogi hibrida. Hal ini disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kemenko PMK, Ojat Darojat, di Antara Heritage Center, Jakarta, Senin (17/3). Pedagogi hibrida merupakan pendekatan pengajaran yang memadukan metode pembelajaran tatap muka dengan teknologi digital atau pembelajaran daring. Menurut Kemenko PMK, penguasaan pedagogi hibrida ini sangat krusial untuk mempersiapkan siswa menghadapi persaingan di era digital.
Ojat Darojat menjelaskan bahwa pembelajaran di ruang kelas saja tidaklah cukup. Guru perlu memanfaatkan informasi yang tersedia di dunia virtual dan mengajarkannya kepada siswa. "Hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran yang sedang ditekuni di sekolah, perlu memanfaatkan informasi yang tersedia banyak di luar, di alam virtual. Itu penting diajarkan oleh guru kepada siswa," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa literasi teknologi merupakan kunci kesuksesan generasi muda, khususnya Milenial dan Gen Z. Kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran menjadi sangat penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan.
Menguasai Teori Pedagogi Hibrida
Untuk menguasai pedagogi hibrida, guru perlu memperkaya pengetahuan dan teori terkait. Ojat Darojat mencontohkan teori community of inquiry, yang menekankan interaksi antara tiga elemen utama: pengajar (social presence), siswa (cognitive presence), dan konten (teaching presence).
Teori ini, menurutnya, mendukung pembelajaran yang mendalam dan efektif, terutama dalam konteks pembelajaran daring atau hibrida. "Pembelajaran dalam online itu dibina oleh tiga kompeten utama tersebut," jelasnya. Guru harus mampu menerjemahkan ketiga kompetensi ini dalam kegiatan pembelajaran, bahkan ketika siswa berada di lokasi yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, meskipun siswa berada di rumah masing-masing atau sedang melakukan aktivitas lain di luar sekolah, guru tetap harus mampu menciptakan teaching presence melalui pembelajaran daring. Hal ini memungkinkan siswa tetap merasakan kehadiran guru dan membangun komunikasi atau interaksi secara virtual.
Selain itu, pedagogi hibrida juga memungkinkan siswa di daerah terpencil untuk membangun komunitas sosial dengan teman-teman mereka di dunia virtual. Ini merupakan salah satu manfaat penting dari pendekatan pembelajaran hibrida.
Pentingnya Norma Akademik dan Kaidah Mutu
Namun, Ojat Darojat juga menekankan pentingnya guru membekali diri dengan pemahaman norma-norma akademik dan kaidah mutu sebelum menerapkan pedagogi hibrida. Hal ini untuk mencegah pembelajaran hibrida menjadi pembelajaran darurat yang tidak didasari oleh keilmuan yang baik.
"Itu sangat penting, jangan sampai nanti dilakukan secara serampangan, sehingga yang terjadi bukan hybrid pedagogy, tetapi yang terjadi adalah pembelajaran darurat, yang mereka lakukan tidak didasari oleh keilmuan yang baik," tegasnya. Dengan demikian, penerapan pedagogi hibrida haruslah terencana dan didasarkan pada landasan teori yang kuat.
Kesimpulannya, Kemenko PMK mendorong guru untuk meningkatkan kemampuan pedagogi hibrida. Penguasaan teknologi dan pemahaman teori pembelajaran yang mendalam akan membantu guru mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di era digital. Penerapan pedagogi hibrida yang tepat akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan bermutu, serta mampu menjangkau siswa di berbagai lokasi, termasuk daerah terpencil.