Perajin Atap Rumbia Lebak Kewalahan Layani Pesanan, Harga Tembus Rp40 Juta!
Tingginya permintaan atap rumbia dari dalam dan luar daerah membuat perajin di Lebak, Banten kewalahan memenuhi pesanan, bahkan harga per lembar mencapai Rp4.000.
Lebak, Banten - Permintaan atap rumbia di Kabupaten Lebak, Banten tengah meningkat drastis. Sejumlah perajin mengaku kewalahan memenuhi pesanan yang membeludak, tak hanya dari wilayah setempat, tetapi juga dari luar daerah seperti Tangerang bahkan warga Badui. Melonjaknya permintaan ini didorong oleh tren penggunaan atap rumbia untuk bangunan rumah, vila, dan rumah makan yang estetis dan ramah lingkungan.
Arul, seorang perajin atap rumbia di Kecamatan Cibadak, mengungkapkan bahwa pekan ini saja ia telah menerima pesanan 10.000 lembar atap rumbia dari warga Badui. "Kami pekan ini sudah dipesan oleh warga Badui sebanyak 10 ribu lembar atap rumbia," ujar Arul (30) Minggu lalu. Pesanan tersebut menghasilkan pendapatan hingga Rp40 juta dengan harga jual Rp4.000 per lembar. Meningkatnya permintaan memaksa Arul menambah jumlah pekerja menjadi enam orang, dari sebelumnya hanya tiga orang.
Kenaikan permintaan bukan hanya dialami Arul. Amir (55), perajin atap rumbia lainnya, menuturkan bahwa dalam dua bulan terakhir permintaan telah meningkat signifikan. Dari 5.000 lembar per bulan, kini ia menerima pesanan hingga 20.000 lembar per bulan. Salah satu pesanan besar yang ia terima pekan ini adalah 10.000 lembar atap rumbia dari Tangerang untuk pembangunan sebuah rumah makan, yang juga menghasilkan pendapatan Rp40 juta.
Tantangan Perajin Atap Rumbia
Meskipun permintaan tinggi, para perajin atap rumbia di Lebak menghadapi kendala dalam memenuhi pesanan. Mad Aceng, Ketua Kelompok Perajin Atap Rumbia Kecamatan Cibadak, mengungkapkan kesulitan utama terletak pada ketersediaan bahan baku, yaitu daun pohon rumbia atau yang disebut kirai dalam bahasa Sunda. Pembangunan infrastruktur, seperti Jalan Tol Serang-Panimbang, serta pembangunan permukiman dan gedung perkantoran, telah mengurangi lahan yang ditumbuhi pohon rumbia.
Sebelumnya, para perajin memiliki akses ke lahan seluas sekitar 20 hektare yang menyediakan daun kirai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 50 perajin. Namun, kini mereka harus mencari bahan baku ke berbagai pelosok desa di Kabupaten Lebak dan Serang. "Kami bersama perajin atap rumbia lainnya itu untuk mendapatkan daun kirai ke sejumlah pelosok desa di kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak dan Serang," jelas Mad Aceng.
Tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan bahan baku membuat harga atap rumbia terus meningkat. Harga jual di tempat mencapai Rp2.000 per lembar, dan harga akan disesuaikan dengan jarak tempuh jika dikirim ke luar daerah. Untuk pesanan dari warga Badui misalnya, harga mencapai Rp4.000 per lembar.
Peluang dan Solusi
Meskipun menghadapi tantangan, peningkatan permintaan atap rumbia menunjukkan peluang bisnis yang menjanjikan bagi para perajin di Lebak. Namun, keberlanjutan usaha ini memerlukan solusi untuk mengatasi masalah ketersediaan bahan baku. Salah satu solusi yang mungkin adalah dengan melakukan penanaman dan budidaya pohon rumbia secara terencana dan berkelanjutan. Kerja sama antara pemerintah daerah, perajin, dan pihak terkait lainnya diperlukan untuk memastikan kelestarian pohon rumbia dan keberlangsungan usaha perajin atap rumbia di Lebak.
Selain itu, perlu juga dilakukan pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi para perajin untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi. Dengan demikian, para perajin dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat dan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Peningkatan kualitas dan efisiensi produksi juga dapat membantu menjaga daya saing produk atap rumbia dari Lebak di pasar yang semakin kompetitif.
Permintaan yang tinggi terhadap atap rumbia menunjukkan apresiasi terhadap produk tradisional dan ramah lingkungan. Dengan pengelolaan yang tepat, usaha perajin atap rumbia di Lebak dapat berkembang pesat dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah.