Perang Tarif AS-China: Ekonom UGM Tekankan Diversifikasi Pasar Ekspor Indonesia
Ekonom UGM, Sekar Utami, mendorong diversifikasi pasar ekspor Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan China serta menghadapi ketidakpastian global akibat perang tarif.
Yogyakarta, 29 April 2024 - Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Sekar Utami, menekankan pentingnya percepatan diversifikasi pasar ekspor Indonesia sebagai langkah strategis menghadapi dampak ketidakpastian ekonomi global. Perang tarif antara Amerika Serikat dan China telah menciptakan gelombang ketidakpastian yang berdampak signifikan pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Langkah diversifikasi ini dinilai krusial untuk melindungi sektor ekspor Indonesia dari guncangan ekonomi global.
Perusahaan manufaktur Indonesia selama ini sangat bergantung pada pasar ekspor utama seperti AS dan China. Ketergantungan ini membuat sektor manufaktur rentan terhadap perubahan kebijakan tarif atau perlambatan permintaan di negara-negara tersebut. "Perusahaan manufaktur Indonesia selama ini sangat bergantung pada pasar ekspor utama seperti AS dan China. Ketika terjadi perubahan kebijakan tarif atau perlambatan permintaan di negara-negara tersebut, sektor ini langsung terkena imbas," ujar Sekar Utami dalam keterangannya di Yogyakarta.
Ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini meningkatkan risiko perlambatan pertumbuhan perdagangan internasional. Hal ini berdampak langsung pada sektor ekspor Indonesia, khususnya industri manufaktur berbasis ekspor seperti tekstil, alas kaki, elektronik, serta komoditas primer seperti kelapa sawit, karet, dan hasil perikanan. Dampaknya, perlu ada strategi yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko tersebut.
Diversifikasi Pasar Ekspor: Solusi Hadapi Ketidakpastian Global
Untuk mengurangi kerentanan sektor ekspor Indonesia terhadap dinamika global, Sekar Utami mendorong pemerintah untuk mempercepat perluasan akses ekspor ke pasar nontradisional. Pasar-pasar di kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika dinilai memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Diversifikasi pasar ekspor ini akan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional dan meningkatkan ketahanan terhadap kebijakan dagang negara mitra utama.
Selain diversifikasi pasar, Sekar juga menekankan perlunya dukungan pemerintah berupa insentif fiskal untuk sektor ekspor. Kemudahan akses pembiayaan dan peningkatan kualitas serta efisiensi logistik nasional juga menjadi faktor penting untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Dukungan ini akan membantu pelaku usaha, terutama UMKM, untuk lebih mudah memasuki pasar internasional.
Pendampingan teknis dan dukungan promosi ekspor kepada UMKM juga sangat krusial. Hal ini bertujuan untuk memperluas basis eksportir baru yang lebih tangguh terhadap dinamika global. UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia dan perlu didorong untuk berkontribusi lebih besar dalam ekspor.
Sinergi Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia
Sekar Utami menilai sinergi kebijakan antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sangat penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. BI perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan kebijakan suku bunga yang responsif dan intervensi terukur di pasar valuta asing serta surat berharga. Stabilitas nilai tukar sangat penting untuk menjaga daya saing produk ekspor Indonesia.
Pemerintah juga perlu melakukan realokasi anggaran ke sektor-sektor yang terdampak langsung oleh konflik dagang global, seperti manufaktur ekspor, pertanian, dan infrastruktur logistik. Realokasi anggaran ini akan membantu mengurangi dampak negatif dari perang tarif dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ekonomi dan perbankan Indonesia ke depan dinilai masih optimistis, namun tetap perlu berhati-hati. Tantangan eksternal dan domestik masih ada, sehingga sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, makro, dan mikroprudensial perlu diperkuat. Dengan demikian, perekonomian dan sektor perbankan Indonesia dapat tetap tangguh menghadapi berbagai tantangan.
Secara keseluruhan, diversifikasi pasar ekspor merupakan strategi kunci bagi Indonesia untuk menghadapi ketidakpastian global yang dipicu oleh perang tarif. Dukungan pemerintah, sinergi kebijakan, dan peningkatan daya saing produk Indonesia menjadi faktor penentu keberhasilan strategi ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor utama dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.