Pertumbuhan PMTB Indonesia Hanya 2,12 Persen di Triwulan I 2025: Investor Masih Wait and See
Kepala BPS melaporkan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Indonesia melambat menjadi 2,12 persen yoy di triwulan I 2025, disebabkan sikap wait and see investor akibat ketidakstabilan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen yoy, namun diiringi perlambatan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang hanya sebesar 2,12 persen secara year-on-year (yoy). Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta pada Senin. Lambatnya pertumbuhan PMTB ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang membuat investor cenderung mengambil sikap wait and see.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan IV 2024) yang mencapai 5,03 persen yoy, dan triwulan I 2024 sebesar 3,78 persen yoy, angka pertumbuhan PMTB di triwulan I 2025 menunjukkan penurunan yang signifikan. Menurut Amalia, perlambatan ini disebabkan oleh penurunan permintaan di seluruh jenis barang modal. Meskipun demikian, pertumbuhan PMTB masih tercatat positif berkat peningkatan impor barang modal, terutama mesin dan kendaraan.
"PMTB relatif melambat karena investor kemungkinan masih wait and see dengan perkembangan ekonomi global dan biasanya memang awal tahun juga relatif tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan kuartal-kuartal berikutnya," jelas Amalia. Pernyataan ini menggarisbawahi pengaruh ketidakpastian ekonomi global terhadap investasi di Indonesia.
Analisis Lebih Dalam Pertumbuhan PMTB
Meskipun pertumbuhan PMTB secara keseluruhan melambat, beberapa subkomponen menunjukkan kinerja yang lebih baik. Subkomponen mesin dan perlengkapan, misalnya, tumbuh positif sekitar 7,95 persen (yoy) dibandingkan dengan kuartal I 2024. Investasi di sektor bangunan gedung juga masih tumbuh, meskipun relatif melambat dengan angka 1,35 persen (yoy).
Penurunan permintaan barang modal menjadi penyebab utama perlambatan pertumbuhan PMTB secara kuartalan (quarter-to-quarter/q-to-q). Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara kondisi ekonomi global dan keputusan investasi di Indonesia. Meskipun demikian, BPS menyatakan bahwa perlambatan ini tidak separah yang terjadi pada kuartal I 2023, yang hanya mencapai 1,53 persen yoy, bahkan jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang mencatat angka minus.
Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2020, pertumbuhan PMTB jauh lebih rendah, bahkan mencapai angka negatif, yakni -8,61 persen yoy pada kuartal II, -6,48 persen yoy pada kuartal III, dan -6,15 persen yoy pada kuartal IV. Perbandingan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan PMTB di triwulan I 2025, meskipun melambat, masih relatif lebih baik dibandingkan periode krisis ekonomi tersebut.
Konteks Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan di triwulan I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen yoy, dengan realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp5.665,9 triliun dan PDB atas dasar harga konstan (ADHK) senilai Rp3.264,5 triliun. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan I 2024 atau secara q-to-q, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,98 persen.
Meskipun pertumbuhan ekonomi masih positif, perlambatan pertumbuhan PMTB menunjukkan adanya tantangan yang perlu diwaspadai. Sikap wait and see investor yang disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi global perlu menjadi perhatian pemerintah untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mendorong investasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan gambaran yang kompleks. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif, namun perlambatan PMTB menjadi indikator penting yang perlu dipantau. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi global dan mendorong investor agar lebih optimistis berinvestasi di Indonesia.