Produksi Ikan Tangkap Pariaman Meningkat 76 Ton di 2024
Produksi ikan tangkap di Pariaman meningkat signifikan menjadi 6.087 ton pada tahun 2024, meskipun terdapat tantangan fluktuasi cuaca dan keterbatasan bantuan pemerintah.
Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) berhasil mencatat peningkatan produksi ikan tangkap pada tahun 2024. Produksi mencapai 6.087 ton, meningkat 76 ton dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai 6.011 ton. Peningkatan ini terjadi di tengah tantangan fluktuasi cuaca dan ketersediaan bantuan pemerintah untuk nelayan. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman, Zainal, di Pariaman, Sabtu lalu.
Menurut Zainal, pencapaian ini merupakan hasil kerja keras nelayan dan berbagai upaya pemerintah. Meskipun target produksi tercapai, masih ada tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan produksi di masa mendatang. Salah satu kendala yang dihadapi adalah fluktuasi produksi akibat cuaca yang tidak menentu. Kondisi ini membuat jumlah hasil tangkapan ikan seringkali tidak stabil dari waktu ke waktu.
Pemerintah Kota Pariaman berkomitmen untuk terus mendukung nelayan melalui berbagai program. Selain pelatihan, bantuan berupa alat tangkap juga terus disalurkan. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pariaman, tetapi juga APBD Sumbar melalui dana pokok pikiran anggota dewan yang peduli terhadap kesejahteraan nelayan. Namun, kepastian bantuan untuk tahun 2025 masih belum dapat dipastikan karena adanya efisiensi anggaran nasional.
Dukungan Pemerintah dan Tantangan ke Depan
Pemerintah Kota Pariaman telah berupaya meningkatkan produksi ikan tangkap melalui berbagai program pelatihan bagi nelayan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan nelayan dalam menangkap ikan secara efektif dan efisien. Selain pelatihan, bantuan alat tangkap juga diberikan untuk meningkatkan kapasitas produksi nelayan. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan.
Meskipun demikian, peningkatan armada tangkap tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh adanya pergantian armada yang rusak dengan armada baru. Artinya, jumlah armada yang beroperasi relatif tetap. Oleh karena itu, strategi lain perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah armada tangkap secara berkelanjutan.
Zainal menjelaskan, "Kami telah berkoordinasi dengan provinsi, seperti kita ketahui kegiatan fisik dipotong 50 persen yang 50 persen pun belum boleh dilaksanakan. Itu berlaku nasional." Hal ini menunjukkan adanya kendala pendanaan yang memengaruhi program peningkatan produksi ikan tangkap.
Distribusi Ikan dan Rantai Dingin
Meskipun produksi ikan tangkap di Pariaman meningkat, belum tentu mencukupi kebutuhan konsumsi warga setempat. Hal ini dikarenakan adanya sistem distribusi ikan yang melibatkan pengusaha dan pedagang antar daerah. Ikan tangkap dari Pariaman seringkali didistribusikan ke daerah lain yang kekurangan pasokan, dan sebaliknya, Pariaman juga mengimpor ikan dari daerah lain ketika produksinya menurun.
Sistem distribusi ini dikenal dengan istilah "rantai dingin". Para pedagang ikan memiliki jaringan luas di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat, bahkan hingga ke daerah penghasil ikan tangkap lainnya. Dengan demikian, ikan dari Pariaman dapat dipasarkan ke berbagai wilayah, baik di dalam maupun di luar Sumatera Barat.
Sistem rantai dingin ini memastikan pasokan ikan tetap terjaga di berbagai daerah, meskipun produksi di suatu daerah mengalami fluktuasi. Hal ini menunjukkan adanya interkoneksi dan ketergantungan antar daerah dalam hal pasokan ikan. Sistem ini juga membantu menstabilkan harga ikan di pasaran.
Dengan demikian, peningkatan produksi ikan tangkap di Pariaman tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat setempat, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas pasokan ikan di Sumatera Barat secara keseluruhan. Ke depan, upaya peningkatan produksi perlu diimbangi dengan strategi pemasaran yang efektif untuk memastikan kesejahteraan nelayan dan ketersediaan ikan bagi masyarakat.