Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Tahap Awal di Samarinda: Menu Variatif dan Antisipasi Alergi
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda, Kalimantan Timur, dimulai di SDN 004 Samarinda Utara dengan fokus pada pemenuhan gizi, variasi menu, dan penanganan alergi siswa, serta rencana perluasan bertahap ke sekolah lain.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahap awal telah dimulai di Samarinda, Kalimantan Timur. Pada Jumat lalu, tim Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda melaporkan perkembangan program yang telah berjalan selama lima hari di SDN 004 Samarinda Utara.
Pemenuhan Gizi dan Variasi Menu
Wakil Ketua SPPG Samarinda, Sirajul Amin, menjelaskan bahwa program MBG ini dirancang dengan cermat. Porsi makanan disesuaikan dengan angka kecukupan gizi anak SD, sekitar 25 persen dari kebutuhan harian per satu kali makan. Untuk mencegah kebosanan, menu makanan divariasikan setiap hari selama seminggu, dengan siklus lima menu berbeda yang berulang setiap minggunya.
Penanganan Alergi dan Adaptasi
Tim SPPG sangat memperhatikan aspek kesehatan siswa. Mereka melakukan evaluasi menu secara berkala, termasuk menyesuaikan ukuran potongan makanan bagi anak yang giginya ompong. Lebih penting lagi, mereka memonitor alergi makanan melalui formulir alergen yang telah diberikan kepada orang tua siswa. Jika ada siswa yang memiliki alergi tertentu, menunya akan disesuaikan agar tetap bisa menikmati makan siang bersama teman-teman sekelasnya. Meskipun ada laporan alergi telur, data masih dikumpulkan dari orang tua siswa.
Implementasi Bertahap dan Anggaran
Saat ini, program MBG baru diterapkan di satu sekolah, yaitu SDN 004 Samarinda Utara. Namun, rencananya akan diperluas secara bertahap ke tujuh sekolah lainnya, tergantung kesiapan masing-masing sekolah. Anggaran program disesuaikan dengan indeks kemahalan daerah. Rata-rata biaya bahan baku makanan sekitar Rp11.000 per porsi, tergantung menu yang disajikan. Karena Samarinda bukan daerah penghasil susu, susu hanya diberikan dua kali seminggu, dengan asupan protein digantikan dari sumber makanan lain. Terkait porsi makan yang dianggap kurang oleh beberapa anak, Sirajul menjelaskan bahwa porsinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak yang makan tiga kali sehari.
Kendala dan Harapan
Kendala utama saat ini adalah proses adaptasi, mengingat tim baru dibentuk. Tim berupaya meminimalisir kendala, seperti keterlambatan distribusi makanan. SPPG berharap program MBG dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi seluruh siswa di Samarinda.