Program Skrining Kesehatan Gratis: Deteksi Dini, Pencegahan, dan Bonus Demografi
Praktisi kesehatan menilai program skrining gratis pemerintah sangat bermanfaat untuk deteksi dini penyakit, efisiensi biaya kesehatan, dan mewujudkan bonus demografi Indonesia.
Program skrining kesehatan gratis yang diluncurkan pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai bagian dari perayaan ulang tahun negara dinilai memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disampaikan oleh dr. Ngabila Salama, praktisi kesehatan masyarakat, dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Kamis, 23 Januari.
Menurut dr. Ngabila, program ini memungkinkan deteksi dini berbagai penyakit, sehingga dapat mencegah komplikasi serius dan kematian. Lebih jauh, program ini juga mendorong perubahan paradigma dari pengobatan reaktif menjadi pencegahan proaktif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi biaya kesehatan nasional.
Manfaat lain dari program skrining gratis ini adalah terbangunnya kolaborasi pentaheliks yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi ini sangat penting untuk mewujudkan kesehatan fundamental sebagai tanggung jawab bersama.
Masyarakat tidak hanya mendapatkan akses skrining kesehatan melalui aplikasi SATU SEHAT, tetapi juga mendapatkan berbagai insentif tambahan. Insentif ini meliputi diskon untuk makanan sehat, alat kesehatan dan olahraga, serta akses ke fasilitas olahraga dan kesehatan.
Data yang dikumpulkan dari program skrining ini sangat berharga. Pemerintah dapat memanfaatkan data ini untuk membuat kebijakan berbasis data (data driven policy) yang lebih tepat sasaran dan efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat di kalangan masyarakat dengan prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati.
Dr. Ngabila menekankan pentingnya skrining kesehatan berkala. Hal ini penting sebagai investasi untuk produktivitas dan daya saing bangsa. Skrining rutin dapat mencegah komplikasi dan kematian akibat penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus yang seringkali disebut sebagai "silent killer".
Program skrining ini dirancang untuk menjangkau berbagai kelompok usia dan penyakit, termasuk penyakit menular seperti TBC dan HIV. Untuk memastikan efektivitas program, perlu adanya sosialisasi yang masif dan tersedianya sarana prasarana yang memadai. Sistem monitoring dan evaluasi berkala berbasis data juga penting untuk memastikan cakupan dan kualitas program.
Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan dan pemerintah daerah yang memiliki capaian skrining tinggi. Sebaliknya, mereka yang kinerjanya rendah dapat dikenai sanksi. Program skrining gratis ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk mewujudkan puncak bonus demografi di tahun 2030 dan Indonesia Emas di tahun 2045.