Relawan Selamatkan Warga Badui Korban Gigitan Ular Tanah Berbisa
Relawan Sahabat Indonesia (SRI) menyelamatkan warga Badui yang menjadi korban gigitan ular tanah berbisa dan merujuk mereka ke RSUD Banten, menangani puluhan kasus serupa setiap tahunnya.
Setidaknya belasan warga Badui, Kabupaten Lebak, Banten, telah menjadi korban gigitan ular tanah berbisa dalam 2,5 bulan terakhir. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI), Muhammad Arif Kirdiat, di Rangkasbitung, Lebak, Rabu (5/3). Relawan SRI berperan penting dalam menyelamatkan warga Badui yang tergigit ular berbisa, dengan merujuk korban ke RSUD Banten untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai.
Meningkatnya kasus gigitan ular ini dikaitkan dengan musim hujan yang sedang melanda dan aktivitas warga Badui di kebun huma. Bahaya gigitan ular berbisa di kawasan hutan Badui menjadi perhatian serius, terutama karena akses terbatas dan keterbatasan fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Keberadaan relawan SRI menjadi jembatan penting bagi warga Badui untuk mendapatkan pertolongan medis segera.
Salah satu korban terbaru, Satini (50), warga Kampung Cisadane, digigit ular tanah di kawasan hutan permukiman Badui pada Selasa (4/3). Ia langsung dirujuk ke RSUD Banten oleh relawan SRI dan mendapatkan pengobatan anti bisa ular (ABU). Kasus ini menunjukkan urgensi peran relawan dalam menangani masalah kesehatan di wilayah terpencil seperti Badui.
Peran Relawan SRI dalam Penanganan Korban Gigitan Ular
Relawan SRI telah menjalin kerjasama dengan RSUD Banten untuk memastikan korban gigitan ular berbisa mendapatkan penanganan medis yang optimal. Meskipun banyak korban tidak memiliki BPJS Kesehatan, RSUD Banten tetap menerima pasien dengan menyertakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kerjasama ini menjadi solusi penting dalam mengatasi kendala akses layanan kesehatan bagi warga Badui.
Menurut Arif, jumlah kasus gigitan ular di kawasan Badui cukup tinggi, mencapai puluhan kasus per tahun. Faktor pembukaan hutan untuk kebun ladang diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya populasi ular dan risiko gigitan. Selain gigitan ular, masalah kesehatan lain yang umum dijumpai di Badui adalah tuberkulosis (TB) dan penyakit kulit.
Relawan SRI berkomitmen untuk terus memberikan layanan rujukan medis gratis kepada korban gigitan ular dan warga Badui yang membutuhkan perawatan kesehatan. Mereka berharap kerjasama dengan RSUD Banten dapat terus berlanjut untuk memastikan akses kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Badui.
Imbauan Kewaspadaan dan Pencegahan
Arif mengimbau masyarakat Badui dan sekitarnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gigitan ular berbisa, terutama selama musim hujan. Ular seringkali berkeliaran di jalan dan permukiman penduduk saat musim hujan. Pencegahan gigitan ular menjadi hal penting untuk mengurangi angka korban.
Enip (36), keluarga korban gigitan ular, menceritakan pengalamannya saat tangan kanannya digigit ular berbisa ketika membersihkan kebun. Kisah ini menggambarkan betapa rentannya warga Badui terhadap bahaya gigitan ular dan pentingnya akses cepat ke layanan medis.
Dengan adanya kerjasama antara relawan SRI dan RSUD Banten, diharapkan angka kematian akibat gigitan ular berbisa di wilayah Badui dapat ditekan. Peran relawan dalam memberikan pertolongan pertama dan merujuk korban ke rumah sakit sangat krusial dalam menyelamatkan nyawa.
Selain penanganan medis, upaya pencegahan dan edukasi kepada masyarakat Badui tentang bahaya gigitan ular dan cara penanganannya juga perlu ditingkatkan. Hal ini penting untuk mengurangi risiko kejadian serupa di masa mendatang.